Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wapres JK: Hanya di Indonesia Orang Ribut Soal Garam

Wapres JK: Hanya di Indonesia Orang Ribut Soal Garam Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla atau JK, menyoroti perihal berbagai permasalahan pangan di Tanah Air. Teranyar mengenai isu kelangkaan garam di Indonesia yang notabene merupakan negara maritim. Wapres JK menyebut hanya Indonesia negara yang ribut-ribut hanya karena persoalan garam.
"Kita harus fokus pada dasar kebutuhan ekonomi. Tapi kita ribut hanya karena garam. Tidak ada negara yang ribut hanya karena garam selain di Indonesia," kata Wapres JK, dalam sambutannya saat puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di kawasan Center Point of Indonesia, Kota Makassar, Sulsel, Kamis, (10/8/2017).
Persoalan garam berulangkali disampaikan Wapres JK. Tidak semestinya permasalahan yang sebenarnya kecil malah dibesar-besarkan. "Pernah kah anda mendengar orang Malaysia bertengkar karena garam? Begitu pula (orang) Thailand dan lain-lain. Hanya Indonesia yang berselisih soal garam," ucap orang nomor dua di Indonesia tersebut.
Menurut dia, persoalan pangan semestinya dituntaskan melalui pengoptimalkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. "Kita berfikir apa gunanya bikin banyak universitas? Apa gunanya banyak memberikan beasiswa? Apa gunanya lembaga-lembaga kalau kebutuhan dasar itu masih diperdebatkan terus-menurus di bangsa yang sudah merdeka 70 tahun," tutur Wapres JK.
Kelangkaan garam di Indonesia sendiri telah berlangsung beberapa pekan terakhir. Hal tersebut membuat harga garam jenis apapun naik berkali kali lipat di pasaran dan memaksa pemerintah untuk mengimpor garam industri.
Menurut Wapres JK, setiap tahun penduduk Indonesia bertambah tiga juta orang. Bahkan mencapai 3,5 juta orang. Hal itulah, kata dia, yang membuat meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap garam.
"Karena penduduk tumbuh 1,4 persen (dari 260 juta penduduk) setiap tahun. Artinya, kita butuh beras lebih banyak lagi, butuh gula lebih banyak lagi, butuh garam lebih banyak lagi. Di lain sisi kita kekurangan lahan akibat penduduk. Lahan makin berkurang akibat rumah lebih banyak, butuh pabrik lebih banyak, butuh jalan lebih banyak," terang dia.
Wapres JK mengungkapkan sekaitan persoalan garam, komoditas tersebut sebenarnya identik dengan kemiskinan. Diharapkannya pula agar kelangkaan garam bisa segera diatasi agar tidak semakin merugikan masyarakat, khususnya kalangan ekonomi menengah ke bawah.
"Padahal garam hanya (persoalan) kecil. Gula, makin tinggi ekonominya, makin tinggi kebutuhan gulanya. Garam, makin miskin, makin tinggi kebutuhan garamnya. Karena makan ikan asin. Jadi kalau kita berselisih soal garam, artinya kita menyiksa orang kecil. Padahal laut (Indonesia) begitu banyak," tutup dia.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: