Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keuntungan Mandatori Biodiesel pada Aspek Ekonomi dan Lingkungan

Keuntungan Mandatori Biodiesel pada Aspek Ekonomi dan Lingkungan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan capaian kinerja tahun 2021 dan program kerja tahun 2022 sektor energi dan sumber daya mineral.

Kinerja positif berhasil ditorehkan oleh Kementerian ESDM, di antaranya peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), peningkatan pemanfaatan gas domestik, pembangunan insfrastruktur kendaraan listrik, penurunan emisi, pemanfaatan reklamasi bekas tambang, hingga mitigasi bencana geologi.

Baca Juga: BPDPKS Proyeksikan Produksi Biodiesel Indonesia Capai 10,15 Juta KL di 2022

Adapun realisasi kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2021 mencapai 11.152 MW. Tambahan pembangkit EBT di antaranya dari PLTA Poso Peaker sebesar 260 MW; 3 unit PLTP sebesar 146,2 MW; PLTA Malea sebesar 90 MW; PLT Bioenergi sebesar 16,5 MW; 18 unit PLTM sebesar 111,25 MW; serta PLTS sebesar 26,08 MW. Sementara, untuk tahun 2022, ditargetkan kapasitas pembangkit EBT meningkat menjadi 11.791 MW.

"Sumber–sumber energi (EBT) ini harus dimanfaatkan agar bisa menurunkan emisi," ungkap Arifin, dilansir dari laman Agrofarm.co.id, Senin (17/1/2022).

Tidak hanya itu, program mandatori biodiesel juga terus ditingkatkan. Realisasi pemanfaatan biodiesel sepanjang tahun 2021 tercatat sebesar 9,3 juta kL. Capaian tersebut menghasilkan penghematan devisa sebesar US$2,66 miliar atau setara dengan Rp66,54 triliun. Pada tahun 2022, pemanfaatan biodiesel ditargetkan mencapai 10,1 juta KL.

"Kebijakan mandatori biodiesel dapat mengurangi impor minyak dan menghemat devisa," ungkap Arifin.

Upaya pemerintah untuk menurunkan emisi CO2 pada 2021 yang sebesar 69,5 juta ton tercatat melebihi target yang sebesar 67 juta ton CO2. Sementara, pada tahun 2022 ditargetkan penurunan CO2 sebesar 91 juta ton. Hal ini sejalan dengan realisasi bauran EBT pembangkit listrik yang melebihi target, yaitu 13,5 persen dari target 12,9 persen.

"Aksi mitigasi yang menyumbang reduksi emsisi paling besar antara lain implementasi EBT, aplikasi efisiensi energi, dan penerapan bahan bakar rendah karbon (gas alam)," jelas Arifin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: