Penyakit stroke tidak hanya terjadi pada orang tua semata melainkan anak muda atau remaja, dikarenakan kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat. Menurut dr. Dewanta S,SpS dari Siloam Hospitals mengatakan gejala stroke berasal dari pola hidup yang tidak sehat. Tanda-tanda itu bisanya seseorang merasa pusing sepeeti migren, kesemutan, baal separuh badan, gangguan pada penglihatan di salah satu atau kedua mata.
"Bila tanda itu sudah mulai terasa maka anjurannya harus segera melakukan cek laboratorium guna memastikan penyakit yang ada pada tubuh," katanya.
Keadaan tersebut bila tetap dibiarkan dan mengkonsumsi berbagai obat maka dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan tentunya terjadi komplikasi. Selain itu, saat ini sudah lebih dari 15 juta jiwa di seluruh dunia dari muda hingga tua megidap penyakit stroke.
Sedangkan untuk Indonesia, sudah ratusan orang terkena penyakit tersebut. Itu dikarenakan penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak yang timbul mendadak, dan berlangsung selama 24 jam atau lebih. Tentunya dengan adanya itu berakibat dari gangguan peredaran darah otak, yang menyebabkan orang mengalami gangguan atau gejala tersebut.
"Kondisi ini jika tidak dikendalikan atau diobati dapat memburuk dan berakibat terjadinya penyempitan atau pecah pembuluh darah otak," kata dewanta.
Untuk itu bila terjadi segera bawa ke rumah sakit terdekat dan diutamakan yang mempunyai dokter spesialis saraf (neurology) maupun fasilitas unit stroke. Dengan adanya waktu yang tepat maka akan menyelamatkan gangguan fungsi otak.
Dewanta menambahkan pertolongan yang akurat dan cepat harus segera di lakukan untuk menghindari kematian atau kecacatan yang menetap. Setiap menit keterlambatan pertolongan akan menyebabkan otak kekurangan darah berarti 1,9 juta sel otak dan serabut otak akan mati.
Lebih jauh tentang stroke, kecenderungannya juga dapat dikarenakan faktor keturunan atau genetik. "Pada banyak kasus, terjadinya penyakit stroke yang dialami anak-anak atau remaja daripada orang tua pada umumnya," katanya. Agar terhindar dari stroke, Dewanta menganjurkan, dengan menghentikan kebiasaan merokok, berat badan dipertahankan sesuai berat idealnya.
"Ini harus mengacu pada basal metabolik indeks (bmi)
Itu antara lain makanan yang rendah lemak jenuh dan kolesterol, menambah asupan kalium dan mengurangi natrium, serta banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Selain itu, juga harus olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktifitas fisik yang punya nilai aerobic (jalan cepat, bersepeda, berenang) dan lain sebagainya secara teratur minimal 30 menit dan minimal tiga kali seminggu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: