Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Telepon Macron, Pangeran Abu Dhabi: Kekerasan Bukan Ajaran Nabi Muhammad

        Telepon Macron, Pangeran Abu Dhabi: Kekerasan Bukan Ajaran Nabi Muhammad Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Abu Dhabi -

        Putra Mahkota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA); Sheikh Mohammed bin Zayed mengutuk serangan teroris baru-baru ini di Prancis dalam panggilan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Minggu. Dalam percakapan telepon itu, dia menyampaikan bahwa kekerasan tidak mewakili ajaran Nabi Muhammad SAW.

        Putra Mahkota Abu Dhabi yang juga Wakil Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA menyampaikan belasungkawa kepada presiden Macron dan keluarga korban serangan baru-baru ini di Prancis. Dia menolak pembenaran yang digunakan oleh teroris untuk memaklumi kejahatan mereka.

        Baca Juga: Emmanuel Macron Klarifikasi Pernyataan Kontroversialnya

        "Kekejaman yang keji ini tidak sejalan dengan ajaran dan prinsip semua agama monoteistik yang menyerukan perdamaian, toleransi dan cinta serta menekankan kesucian hidup manusia," kata Putra Mahkota Abu Dhabi dalam sebuah pernyataan seperti dikutip kantor berita UEA, WAM, Senin (2/11/2020).

        "Dalam situasi apa pun Nabi tidak boleh dikaitkan dengan kekerasan atau dipolitisasi," katanya.

        Putra Mahkota juga meminta individu dari berbagai latar belakang untuk terlibat dalam dialog penuh hormat daripada menggunakan pidato kebencian dan kekerasan. 

        Panggilan telepon itu terjadi setelah serangkaian serangan baru-baru ini di Prancis menyusul pemenggalan guru sejarah Samuel Paty oleh seorang ekstremis kelahiran Chechnya di pinggiran Paris pada 16 Oktober.

        Paty sebelumnya telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam disekusi kebebasan berbicara dan berekspres di kelas, sebuah tindakan yang oleh umat Islam dianggap penistaan.

        Macron menyebut pembunuhan guru itu sebagai serangan "Islamis" dan berjanji untuk menindak radikalisme. 

        Ribuan tentara juga telah ditempatkan di seluruh negeri, yang mencakaup tempat ibadah dan sekolah, setelah seorang pria yang memegang pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di kota Nice, Prancis, Kamis pekan lalu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: