WE Online, Mataram - Pengamat Ekonomi Universitas Mataram Dr Firmansyah mengatakan Bank Indonesia (BI) harus memperkuat perannya dalam memberikan edukasi kepada nelayan agar termotivasi untuk menyisihkan sebagian pendapatannya sebagai tabungan.
"Tugas dari Bank Indonesia (BI) menggali potensi dan mengedukasi masyarakat untuk menabung," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (2/10/2014).
Hal itu dikatakan menanggapi fenomena nelayan di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, yang berpenghasilan paling rendah Rp 300 ribu per hari hanya dari penjualan benih lobster yang ditangkap di perairan laut.
Para nelayan di daerah itu melakukan penangkapan benih lobster menggunakan keramba jaring apung yang dipasangi jaring dilengkapi karung sebagai tempat persembunyian sekaligus menjadi perangkap benih lobster.?Benih lobster yang dihimpun kemudian dijual ke pedagang pengumpul dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per ekor.
Menurut Firmansyah, potensi uang yang beredar di tingkat nelayan tersebut semestinya mampu ditangkap oleh perbankan di NTB untuk diputar kembali menjadi modal menggerakkan roda perekonomian.?Jika itu bisa dilakukan, kata dia, tentunya akan mampu meningkatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang sebagian besar masih dipasok dari luar NTB untuk memenuhi permintaan kredit yang terus meningkat.
"Mungkin, nelayan di daerah itu sudah pengalaman berhubungan dengan lembaga perbankan, tapi ada hal-hal yang membuat tidak nyaman sehingga masih simpan uang di bawah bantal. Jadi, perlu memberikan pemahaman lebih mendalam lagi," ujarnya.
Upaya memberikan edukasi tentang pentingnya menabung, menurut dia, sangat penting dilakukan karena nelayan hanya bergantung dari alam.
"Namanya bergantung dengan alam ada kala bulan ini dapat puluhan juta rupiah, tapi bulan depan belum tentu juga ada," ucap Firmansyah.
Ia juga tidak sependapat dengan penilaian Kantor Perwakilan BI NTB yang menyatakan bahwa rendahnya minat masyarakat menabung karena faktor pendapatan per kapita yang hanya Rp 1 juta.?Menurutnya, pandangan tersebut terlalu prematur karena belum tentu masyarakat setiap bulan pendapatannya sebesar itu.
"Pasti ada kalanya dapat uang lebih. Kalau ada kesadaran menabung, pendapatan lebih itu bisa disimpan di bank yang bisa diambil ketika ada kebutuhan mendesak," katanya.
Ia berharap BI dan lembaga perbankan di NTB bisa menangkap potensi pendapatan nelayan yang mampu menghasilkan pendapatan relatif besar hanya dari satu jenis usaha. Terlebih, ke depannya persaingan di sektor jasa keuangan akan semakin ketat dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Jangan sampai potensi itu diambil alih bank asing. Kalau itu diambil alih bank asing, sayang sekali," kata Firmansyah. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: