Meski Ampuh Dongkrak Penjualan, Live Selling Masih Jadi Tantangan Bagi UKM
Tren live selling menjadi strategi penjualan yang banyak digunakan oleh UKM Indonesia belakangan ini, khususnya yang berjualan melalui e-commerce. Sebab, live selling diyakini ampuh mendatangkan pembeli baru, membangun hubungan yang baik dengan konsumen, serta meningkatkan kesadaran merek dan minat beli yang lebih tinggi.
Meski begitu, UKM masih menghadapi sejumlah tantangan dalam melakukan live selling.
Hal itu tercermin pada laporan Ninja Xpress bertajuk Suara UKM Negeri Vol 2 yang baru dirilis.
Baca Juga: Terbukti Ampuh, Survei Tunjukkan Metode Live Selling Efisien Dongkrak Penjualan di E-commerce
Tantangan pertama yang dihadapi penjual saat melakukan live selling adalah mengelola keinginan pembeli.
Head of Trade Marketing Ninja Xpress Subarkah Dwipayana mengungkapkan satu dari tiga shipper yang terlibat dalam survei mengatakan cukup sulit untuk menjaga pembeli tetap terhibur dan tetap terlibat selama sesi live selling.
"Oleh karena itu, dibutuhkan host, konten, hingga promo yang sesuai untuk tetap menarik perhatian pembeli," kata dia saat konferensi pers virtual, Kamis (26/1/2023).
Selain itu, shipper juga harus menyisihkan waktu hingga dua jam per sesi live selling. Sementara responden shipper mengaku bisa melakukan live selling di dua platform setiap minggunya. Artinya, mereka menghabiskan waktu setidaknya empat jam setiap minggu untuk melakukan live selling.
"Waktu yang dihabiskan ini bahkan belum termsauk persiapan. Namun, hal ini harus tetap dilakukan untuk terus menjaga popularitas di mata penonton," imbuhnya.
Tantangan kedua adalah memilih platform live selling yang tepat.
Di Indonesia, TikTok dan Shoppee menjadi platform yang paling diminati dengan persentase masing-masing sebesar 27,5% dan 26,5%. Kemudian, menyusul di posisi ketiga platform Lazada dengan persentase 20,1%.
Meski begitu, ada sejumlah aturan dari pihak e-commerce yang mesti ditaati oleh penjual. Misalnya, di TikTok ada aturan penalti untuk penjual bila mengucapkan kata-kata sensitif, seperti merek kompetitor lain, kematian, dan sebagainya.
Tantangan yang terakhir adalah menyiapkan dan melakukan live selling.
Satu dari empat shipper mengatakan bahwa butuh energi dan upaya yang banyak untuk mempersiapkan dan melakukan live selling.
Untuk melakukan live selling, dibutuhkan dua penjual yang live dengan menggunakan kamera profesional, telepromter untuk menjaga kontak mata dengan penonton, dan kru di belakang layar yang memonitor komentar dari pelanggan.
"Selain persiapan live selling itu sendiri, penjual e-commerce juga perlu mengatur penjualan dan pascapenjualan, sama seperti transaksi pada e-commerce lainnya," ujar Subarkah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: