Visa Ungkap Modus Baru Penipuan Digital, Kini Menyusup ke Media Sosial

Penipuan digital kini semakin canggih dengan menyasar pengguna media sosial melalui skema embedded commerce. Hal ini berdasarkan laporan Visa yang dipublikasikan dalam ajang Visa Indonesia Risk Forum 2025, Kamis (7/8/2025).

Pola ini menandai pergeseran titik serangan siber, dari kanal e-commerce tradisional ke dalam aplikasi media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook.

Stefaan D'hoore, AP Regional Risk Officer Visa, menjelaskan bahwa konsumen kini kerap memulai perjalanan belanja dari media sosial, bukan dari situs e-commerce.

“Mereka menemukan produk melalui konten organik atau iklan, lalu diarahkan ke tautan pembayaran yang ternyata merupakan jebakan,” ujarnya.

Baca Juga: Visa Berhasil Tekan Fraud di E-Commerce hingga 34%

Modus tersebut dilakukan oleh sindikat penipuan digital dengan menyamar sebagai pedagang palsu. Mereka memanfaatkan jangkauan luas media sosial untuk memperluas serangan secara cepat dan masif.

“Bayangkan satu akun palsu yang disisipkan ke platform besar—dalam hitungan jam, bisa menjangkau jutaan pengguna,” kata Stefaan.

Baca Juga: Visa Perluas Jangkauan Stablecoin, Kini Dukung PYUSD, USDG, EURC

Menurut Visa, tren ini memaksa pelaku industri pembayaran dan lembaga keuangan untuk memperluas pemantauan risiko, tidak hanya di tahap transaksi, tetapi sejak awal perjalanan digital konsumen.

Model embedded commerce, yang memungkinkan transaksi langsung dalam aplikasi media sosial, turut menjadi celah keamanan baru karena pengguna merasa prosesnya alami dan cenderung lengah.

Visa menekankan bahwa perlindungan digital kini tidak cukup hanya mengandalkan sistem keamanan pembayaran. Edukasi konsumen, pengawasan lintas platform, serta kolaborasi erat dengan penyedia media sosial menjadi langkah penting untuk menutup potensi celah penipuan.