Kepala Perpusnas Ajak Civitas Academica Universitas Andalas, Bangun Literasi Tingkat Tinggi
Kredit Foto: Ist
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, mengajak civitas academica Universitas Andalas (UNAND) untuk memperkuat budaya literasi di lingkungan kampus. Ajakan ini disampaikan sebagai dorongan agar mahasiswa dan dosen mampu mengembangkan kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara lebih luas.
Dalam pemaparannya, Kepala Perpusnas menegaskan bahwa literasi mencakup makna yang luas, mulai dari aspek tekstual hingga nontekstual. Ia membagikan pengalamannya saat berada di Australia, ketika pernah mengalami kesalahpahaman yang dipicu oleh perbedaan pemaknaan simbol dan teks, yang menjadi pembelajaran berharga tentang pentingnya memahami informasi secara tepat.
“Literasi sesungguhnya adalah upaya kita untuk memahami informasi, baik itu berupa tekstual, kata-kata, huruf, kalimat, ataupun nontekstual. Lalu, informasi itu kita gunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Itu adalah literasi,” ungkapnya di hadapan mahasiswa pada kegiatan Pembukaan Pekan Literasi Digital yang berlangsung di Auditorium Universitas Andalas, Rabu (13/8/2025).
Baca Juga: Tinjau KKN Tematik Literasi di Palangka Raya, Kepala Perpusnas: Buku Bukan Pusaka, tapi Pustaka
Lebih lanjut ia menguraikan tentang tujuh derajat literasi, yang terdiri dari aspek mengenali, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan mencipta. Literasi tingkat tinggi, menurutnya, bukan hanya mengetahui tetapi mampu menciptakan hal baru.
“Ini adalah derajat literasi yang harus dibangun oleh dosen bersama dengan mahasiswa supaya mahasiswa bisa berpikir tingkat tinggi,” ujarnya.
Kepala Perpusnas mengungkapkan kekhawatirannya akan zaman “literasi jahiliah”, yang memiliki ciri antara lain melihat tapi tak awas atau cermat, mendengar tapi tidak menyimak, bicara tapi tidak berfaedah, merasa tapi tidak peka, dan mengerjakan tapi tidak ikhlas.
“Istilah Bung Hatta, kemarin saya sampaikan di Bukittinggi, di Perpustakaan Bung Hatta, apabila seseorang itu membaca tapi tidak bisa merenungkannya, tidak bisa memahaminya, itu sama seperti orang yang makan tapi tidak dicerna,” ungkapnya.
Kendati demikian, Kepala Perpusnas mengapresiasi Provinsi Sumatra Barat karena memiliki budaya baca yang jauh lebih bagus dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera. Hal ini terbukti dari nilai Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Sumatra Barat yang menempati posisi ke-4 terbaik di Indonesia.
Baca Juga: Komisi X DPR Dukung Optimalisasi Tata Kelola DAK Perpustakaan Nasional Melalui Aplikasi Literaksi
Selain itu, Tingkat Kegemaran Membaca (TKM) Provinsi Sumatra Barat juga cukup baik yakni 73,30. Tingkat Sumbar disebut di atas rata-rata nasional TKM tahun 2024 yakni 72,44.
“Ini tentu prestasi bagi Sumatra Barat, tapi bukan berarti menjadi puas dan berhenti di situ saja. Masih banyak hal lain untuk terus ditingkatkan,” urainya.
Kepala Perpusnas berharap agar para mahasiswa bersungguh-sungguh untuk menjadi generasi yang literat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat