Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sasa Bongkar Fakta MSG yang Sering Disalahpahami oleh Masyarakat Indonesia

        Sasa Bongkar Fakta MSG yang Sering Disalahpahami oleh Masyarakat Indonesia Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        MSG (Monosodium Glutamat) sering kali menjadi pembicaraan yang dipenuhi berbagai persepsi dan pemahaman yang belum tentu tepat.

        Banyak pandangan yang berkembang di masyarakat mulai dari kekhawatiran yang berlebihan hingga keputusan untuk menghindari sepenuhnya. Padahal, fakta ilmiahnya menunjukkan cerita yang berbeda. 

        Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti mengajak masyarakat untuk melihat MSG (Monosodium Glutamat) dari perspektif yang tepat.

        Sasa MSG diproduksi melalui proses fermentasi alami tetesan tebu, serupa dengan cara pembuatan tempe, kecap, dan yogurt.

        Proses ini menjadikan Sasa MSG aman dikonsumsi, bahkan  dapat membantu mengurangi penggunaan garam tanpa mengorbankan cita rasa, membuat masakan habis tanpa sisa.

        Sebagai bagian dari kampanye ini, Sasa meluncurkan berbagai inisiatif edukasi publik, mulai dari microsite MSGyangbenar.sasa.co.id, konten informatif di media sosial, kolaborasi bersama ahli gizi, hingga demo masak  dengan chef dan sesi interaktif bersama komunitas.

        Seluruh rangkaian kegiatan ini dirancang untuk meluruskan  seputar MSG #YangBenar sekaligus memberikan panduan penggunaannya sesuai rekomendasi para ahli. “Lezat itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah perasaan tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga.

        Lewat kampanye MSG #YangBenar, kami ingin masyarakat tahu bahwa MSG (Monosodium Glutamat) aman  digunakan karena terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan yang lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” ujar Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti.

        Sasa MSG (Monosodium Glutamat) dibuat dari tetesan tebu melalui proses fermentasi alami, mirip dengan  pembuatan tempe, kecap, atau yogurt. Dari proses ini dihasilkan kristal murni 99% yang aman dan higienis.

        Fermentasi menghasilkan glutamat, yaitu unsur alami dalam makanan yang memiliki banyak fungsi penting: membantu pembentukan sel imun, mendukung fungsi otak, merangsang produksi air liur, serta mengatur nafsu  makan dan rasa kenyang.

        Dengan kata lain, MSG (Monosodium Glutamat) tidak hanya menghadirkan rasa gurih,  tetapi juga berperan lebih luas bagi tubuh.

        Glutamat dalam MSG sama persis dengan glutamat alami yang  terkandung dalam tomat, jamur, keju, bahkan ASI, zat yang sudah dikenali tubuh manusia sejak lahir. Karena itu,  MSG (Monosodium Glutamat) aman digunakan selama sesuai takaran.

        Selain bersifat alami, MSG (Monosodium Glutamat) juga unggul dibanding garam dapur. Kandungan natriumnya  hanya sepertiga dari garam, sehingga menjadi solusi cerdas untuk mengurangi asupan garam tanpa mengorbankan kelezatan masakan.

        Penelitian menunjukkan, mengganti sebagian garam dengan MSG  (Monosodium Glutamat) dapat menurunkan konsumsi garam hingga 30–40%. Langkah sederhana ini berpotensi  membantu menjaga kesehatan jantung, ginjal, dan tekanan darah sejak dini.

        "Faktanya, glutamat dalam MSG sama dengan yang ada di sayuran, buah, dan daging. Jadi tidak ada alasan khawatir, asalkan secukupnya. Bagi yang ingin lebih sehat lagi, penggunaan MSG juga bisa mengurangi porsi  garam untuk memberikan rasa lezat pada makanan kita,” jelas Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis.

        Di Indonesia, BPOM RI telah menetapkan MSG sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan, sesuai  dengan Peraturan Kepala BPOM No. 11 Tahun 2019, selama digunakan dalam batas yang dianjurkan. Lebih jauh  lagi, keamanan MSG juga didukung dengan SK Menteri Kesehatan RI No: 235/Menkes/PER/DL/79, SK Menteri  

        Agama RI No: B VI/02/2444/1976, serta Sertifikat Halal MUI No: 07870398 Tahun 2010. Sementara itu, secara  internasional, MSG juga telah diakui keamanannya oleh badan PBB, yaitu melalui WHO/FAO Expert Committee  on Food Additives (JECFA), serta pemberian status GRAS (Generally Recognized As Safe) pada tahun 1958 oleh US  FDA (Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika Serikat).

        Pada kampanye #YangBenar, Sasa turut menghadirkan narasumber kredibel seperti Dr. Sonia Wibisono, Chef  Martin Praja, Mom-fluencer Caca Tengker, nutrisionis Dr. Rita Ramayulis DCN, M.Kes, dan Food Technologist Harry Nazaruddin.

        Mereka berbagi pandangan objektif sekaligus pengalaman nyata bahwa MSG (Monosodium  Glutamat) bukan hanya aman, tetapi juga layak menjadi bagian dari pola makan sehari-hari keluarga Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: