Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jumlah Korban Meninggal Gempa Lombok Bertambah

Jumlah Korban Meninggal Gempa Lombok Bertambah Kredit Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut jumlah korban meninggal dunia akibat gempa 7,0 Skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8), bertambah menjadi 98 orang.

"Jumlah korban meninggal dunia menjadi 98 orang sedangkan yang luka-luka ada 238 orang, ribuan rumah rusak, dan puluhan ribuan mengungsi. Angkanya masih tetap bisa berubah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Ia kembali mengatakan bahwa korban meninggal dunia kebanyakan karena tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa. Sebanyak tujuh korban meninggal yang baru teridentifikasi tersebut diketahui merupakan korban gempa dari Gili Trawangan.

Sebelumnya, Sutopo mengatakan jumlah korban jiwa pascagempa itu 91 orang, di mana 72 orang tercatat di Kabupaten Lombok Utara, sembilan orang di Kabupaten Lombok Barat, empat orang di Kota Mataram, dua orang di Kabupaten Lombok Tengah, dua orang di Kabupaten Lombok Timur, dan dua orang di Bali.

Dampak gempa yang terjadi pukul 18.46.35 WIB berpusat di kedalaman 15 kilometer dan berlokasi pada koordinat 8,37 Lintang Selatan dan 116,48 Bujur Timur itu, menurut Sutopo, hingga saat ini masih terus didata mengingat belum seluruh wilayah terjangkau Tim SAR gabungan.

Saat gempa, ia mengatakan ada 10.000 masyarakat yang masih mengungsi di berbagai titik pengungsian pascagempa 6,4 SR yang terjadi 29 Juli 2018. Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah melebihi angka pengungsi sebelumnya menjadi sekitar 20.000 orang.

"Pendataan otomatis diulang lagi dari awal, karena ada rumah warga yang kondisinya retak pascagempa 6,4 SR sekarang roboh," ujar dia.

Banyak masyarakat yang tidak paham stastus level "Waspada Tsunami" (tsunami dengan ketinggian maksimal 50 cm) yang dikeluarkan BMKG, kata dia, sehingga masyarakat masih banyak yang mengungsi di perbukitan atau daerah lebih tinggi, meski status tersebut sudah diakhiri sejak Minggu (5/8) malam.

Meski demikian, kata dia, banyak pula dari mereka yang memilih mengungsi hanya di depan rumah masing-masing, sambil menjaga harta bendanya.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: