Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Cakra Yudi Putra: Apa Kabar Sektor Ekonomi Kreatif?

KOL Stories x Cakra Yudi Putra: Apa Kabar Sektor Ekonomi Kreatif? Kredit Foto: Instagram Cakra Yudi Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi covid-19 telah melanda Indonesia selama setahun terakhir. Sejumlah industri pun terkena dampaknya termasuk sektor ekonomi kreatif.

Sektor ekonomi kreatif memang terhantam keras dengan adanya pandemi Covid-19. Namun, para pelaku ekonomi kreatif di Tanah Air dituntut untuk terus berinovasi dan adaptif terutama di situasi pandemi seperti sekarang ini.

Baca Juga: West Java Calendar of Event 2021 Bakal Dongkrak Ekonomi Kreatif Jabar

Para pelaku usaha sektor ekonomi kreatif pun hingga kini masih berjuang demi menghidupkan kembali industri kreatif yang telah mati suri selama pandemi covid-19. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan akan mempercepat upaya pemulihan sektor pariwisatan dan ekonomi kreatif (parekraf).

Sandiaga pun memberikan arahan kepada para pelaku usaha untuk dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam memanfaatkan platform digital.

Pasalnya, pemerintah Indonesia tengah mendorong ekonomi kreatif sebagai penggerak pendapatan. Bahkan, ada tiga sektor yang menyumbang ekspor besar terhadap ekonomi Indonesia, yakni kuliner, fashion, dan kerajinan (kriya).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di tahun 2017 ketiga sektor itu menyumbang miliaran devisa bagi Indonesia di mana tiga kontributor terbesar PDB ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2017 adalah dari sub sektor fashion sebanyak 41,4%, lalu kuliner 17,6% dan kriya hampir 15%.

Melihat hal tersebut, bagaimanakah masa depan sektor ekonomi kreatif Indonesia, Warta Ekonomi melalui program KOL Stories akan membahasnya bersama dengan salah satu Tim Staf Khusus Presiden sekaligus Ketua Bidang 7 Gekrafs, Cakra Yudi Putra. Berikut ini kutipan wawancara jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani, dengan Cakra Yudi Putra. 

Sebagai Staf Khusus Presiden sekaligus Ketua bidang 7 Gekrafs, bagaimana Anda melihat sektor ekonomi kreatif setelah diterpa pandemi selama satu tahun?

Melihat pandemi covid-19 yang mewabah selama satu tahun terakhir, sektor ekonomi kreatif sangat terpuruk. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Indonesia Kuat dan SBM ITB mengkaji tentang dampak pandemi covid-19 terhadap pelaku ekonomi kreatif, mayoritas responden mengatakan bahwa mereka merasakan dampak negatif dari adanya pembatasan mobilitas dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

Hal ini disebabkan karena pandemi covid-19 ini memaksa kita membatasi mobilitas. Oleh karena itu, pembatasan mobilitas sangat berdampak bagi sektor ekonomi kreatif. Di satu sisi, sebanyak 8 persen responden dari riset ini mengatakan jika mereka mengalami kenaikan omzet.

Maka dari itu jika kita berbicara tentang ekonomi kreatif sangat luas spektrumnya. Setiap jenis ekonomi kreatif seperti kuliner dan fashion memiliki karakteristik yang berbeda, mulai dari karakteristik pelakunya, hingga tren pasar yang berbeda setiap sektor tersebut.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjadi negatif pada tahun 2020 juga dipengaruhi oleh sektor bisnis makanan dan minuman yang menurun selama pandemi. Tidak lupa juga penurunan wisatawan yang berlibur, sehingga industri perhotelan juga terdampak negatif.

Laporan dari Badan Pusat Statistik mengatakan bahwa tingkat hunian kamar hotel menurun drastis hingga 40 persen, dan untuk kunjungan wisatawan juga turun sebanyak 75 persen. Dari jumlah ini dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi kreatif sangat terdampak pandemi covid-19.

Tetapi yang ingin saya sampaikan bahwa di sisi lain, sektor informasi dan komunikasi tumbuh positif, karena pandemi covid-19 sangat membuat pergeseran gaya hidup, dari yang awalnya bekerja tatap muka, bergeser menjadi daring, begitu pun sekolah. Diharapkan bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif dapat menjawab kebutuhan dari adanya perubahan perilaku tersebut. 

Apa saja yang perlu dilakukan oleh para pelaku usaha di sektor ekonomi kreatif agar bisa bangun dari mati surinya?

Mungkin pandemi covid-19 ini memberikan kita pelajaran berharga, termasuk untuk para pelaku ekonomi kreatif, dimana membuat kita harus kembali ke prinsip dan fundamental ekonomi kreatif itu sendiri, yaitu ekonomi berdasarkan aspek kreatifitas.

Dari situ mungkin kita perlu mengerti bahwa kita harus dinamis dan adaptif terhadap perkembangan. Dalam konteks pandemi covid-19 ini kita harus mengerti kondisi apa yang masyarakat alami, kebutuhan yang diperlukan apa dan kita para pelaku ekonomi kreatif cobalah untuk menghadirkan solusinya.

Karena konsep dari bisnis itu seputar supply and demand, antara kita mengikuti pasar atau kita yang bisa menciptakan permintaan atau tren pasar. Kita juga bisa menciptakan market channel sebagai jalur penjualan, termasuk yang paling utama adalah optimalisasi dari digital platform.

Pertumbuhan transaksi di marketplace atau e-commerce menjadi tempat yang sangat ideal dan menjanjikan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk memperluas jaringannya. Kemudian, kita juga perlu melakukan kolaborasi dan partnership, karena itu semua yang bisa menciptakan pola dan market yang baru, juga bisa saling membantu antara pelaku usaha ekonomi kreatif, baik antar sub-sektor, maupun lintas sub-sektor.

Contohnya brand kuliner bekerja sama dengan desainer. Dengan ini mereka dapat menciptakan market yang lebih luas. Selain itu, kolaborasi bisa saling membantu untuk mendapatkan bahan baku. Ini dapat dilakukan, terutama di sub-sektor makanan, sehingga akan menciptakan tren baru.

Menurut Anda, bagaimana masa depan ekonomi kreatif ke depannya, mungkin setelah pandemi ini berakhir?

Untuk para pelaku ekonomi kreatif, yang terpenting adalah selalu mengamati tren pasar dan perlu lebih eksploratif apa yang sedang dibutuhkan masyarakat. Kita ingin produk tersebut dibeli, dan masyarakat juga mempunyai kebutuhan yang harus dibeli. 

Presiden Joko Widodo akan memberikan perhatian kepada pelaku usaha ekonomi kreatif, karena sekitar 92 persen sektor ekonomi kreatif ini skalanya masuk kedalam UMKM yang menjadi motor penggerak ekonomi bangsa Indonesia.

Maka dari itu terdapat insentif yang akan diberikan kepada pelaku UMKM dan juga pelaku ekonomi kreatif. Insentif tersebut terdiri dari BLT atau Bantuan Langsung Tunai kepada pelaku UMKM sebesar 2,4 juta rupiah yang di berikan kepada 12 juta pelaku UMKM.

Sebagai bentuk kebijakan afirmasi, Pemerintah juga meluncurkan kampanye nasional yaitu Bangga Buatan Indonesia sebagai dukungan moral dan sistematis kepada pelaku UMKM. agar masyarakat Indonesia membeli produk-produk pelaku ekonomi kreatif dan UMKM dalam negeri.

Dari segi insentif pajak, Pelaku UMKM mendapat insentif PPh final tarif 0,5% sesuai Peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2018 (PPh 23 Final) yang ditanggung pemerintah. Dengan demikian wajib pajak UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak. Kemudian ada kredit modal kerja baru agar pelaku UMKM ini dapat berekspansi dan melakukan kegiatan operasionalnya. Di tahun 2021, insentif pemulihan nasional kurang lebih akan sama seperti tahun 2020, tetapi untuk teknisnya bisa lebih mengarah kepada leading sektor terkait. 

Saya yakin dan optimisi bahwa sektor ekonomi kreatif Indonesia akan meningkat jauh. Karena diantara 270 juta penduduk Indonesia, 145 juta penduduk adalah generasi milenial dan generasi Z yang merupakan sumber daya atau faktor utama dari ekonomi kreatif itu sendiri.

Jutaan penduduk tersebut membuat Indonesia menjadi emerging market. Di satu sisi kita bisa menjadi produsen yang aktif, di sisi lain kita bisa menjadi konsumen. Jadi disini terdapat simbiosis mutalisme antara UMKM atau ekonomi kreatif lokal dengan konsumen yang peduli dengan produk lokal, sehingga akan menjadi perputaran ekonomi yang luar biasa.

Untuk itu, diharapkan bahwa kedepannya perekonomian Indonesia akan tumbuh pesat.  Tren ini sebenarnya sudah bisa dideteksi sejak tahun 2015 jika dilihat dari PDB dan kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi nasional yang selalu meningkat, begitu pula dari segi peningkatan tenaga kerja. Hal itu disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, kreatif, inovatif, dan adaptif. 

Adakah pesan bagi teman-teman yang kini tengah bergelut di sektor ekonomi kreatif?

Untuk teman-teman semua para pelaku ekonomi kreatif, sudah satu tahun kita mengalami pandemi Covid-19, tetapi ini saatnya kita untuk bangkit dan terus optimisi. Dengan adanya program vaksinasi yang telah berjalan, maka diharapkan ekonomi akan perlahan bangki. Kita saling bahu membahu satu sama lain untuk bisa keluar dari pandemi covid-19. Teruslah berkarya, teruslah optimis.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: