Garda Revolusi Iran terlibat kontak senjata dengan militan Islamic State di bagian barat negara itu pada Sabtu (28/1/2018), menurut Sepah News, laman berita resmi Garda Revolusi Iran.
Sebuah tim yang terdiri dari 21 petempur IS yang melintasi perbatasan barat Iran dan ditempatkan di bawah pengawasan Garda, kekuatan militer paling kuat di Republik Islam itu, menyerang mereka pada Sabtu pagi, Sepah News melaporkan.
Sebagian besar militan telah ditangkap, kata laporan tersebut, namun tidak disebutkan jumlah orang yang terbunuh atau terluka dalam bentrokan tersebut. Pada Juni lalu, kelompok IS menyerang parlemen Iran di Teheran dan makam pendiri Republik Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini, menewaskan sedikitnya 18 orang dan melukai puluhan lainnya.
Penyerangnya adalah orang Kurdi Iran dari wilayah Kurdi di Iran barat dekat perbatasan Irak. Garda Revolusi Iran menembakkan beberapa rudal ke markas kelompok IS di Suriah pada 18 Juni sebagai reaksi atas serangan tersebut.
Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa kekuatan baru didukung Amerika Serikat, pasukan berkekuatan 30 ribu prajurit, di dalam Suriah adalah pelanggaran hukum internasional dan kedaulatan Suriah. Iran bergabung dengan Suriah, Turki dan Rusia dalam menegur keras rencana tersebut.
Sekutu pimpinan Amerika Serikat mengatakan bekerja dengan sekutu petempur Suriah, Pasukan Demokratik Suriah, yang bermarkas di Kurdi, untuk membentuk kekuatan, yang akan bergerak di sepanjang perbatasan dengan Turki dan Irak, juga di dalam Suriah.
Presiden Suriah Bashar al-Assad menanggapinya dengan bersumpah untuk menghancurkan pasukan baru tersebut dan mengusir pasukan Amerika Serikat dari Suriah. Sekutu kuat Suriah, Rusia, menyebut rencana tersebut untuk menghancurkan Suriah dan menempatkan sebagian darinya di bawah kendali Amerika Serikat. Turki menggambarkan kekuatan tersebut sebagai "tentara teror".
"Rencana baru itu, yang disusun Amerika Serikat untuk Suriah, adalah pelanggaran hukum internasional dan sebuah rencana yang melawan kedaulatan dan keamanan Suriah dan wilayahnya," ungkap Rouhani seperti dikutip media pemerintah dalam pertemuan dengan ketua parlemen Suriah Hammouda Youssef Sabbagh.
Sabbagh berada di Teheran untuk konferensi para ketua parlemen. Iran mendukung Assad dalam perang sipil hampir tujuh tahun melawan pasukan pemberontak dan militan IS, mengirim senjata dan tentara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi mengatakan bahwa pasukan yang didukung Amerika Serikat yang direncanakan di Suriah akan "menumbuhkan api perang" dan meningkatkan ketegangan. Pada 22 Desember 2017, Panglima Komando Sentral AS Jenderal Joseph votel mengumumkan mereka akan membentuk pasukan perbatasan di Suriah yang ia katakan akan membantu mencegah kemunculan kembali IS.
Sebanyak 400 gerilyawan "yang dilatih oleh AS sebagai penjaga perbatasan" akan membentuk apa yang mereka namakan "Tentara Utara" di Suriah, demikian laporan media Turki. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo