PT Angkasa Pura II (Persero) mendorong sumber pendapatan (revenue streams) dari bisnis digital. AP II menargetkan lini bisnis baru tersebut memberi kontribusi sebesar 1% terhadap total pendapatan perseroan pada tahun ini.
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menjelaskan pihaknya memiliki lima strategi untuk memperoleh pendapatan dari bisnis digital, yakni airport big data, airport e-commerce, airport e-payment, airport e-advertising, dan airport community. Ia optimis kelima strategi tersebut akan menjadi aliran pendapatan baru mengingat perseroan memiliki modal 105 juta lalu lintas penumpang (traffic passanger) per tahun.
"Bayangkan, kontribusi sebesar 1% dari target pendapatan sebesar Rp9,4 triliun pada tahun ini. Ini jumlah yang cukup besar. Apalagi, sebelumnya AP II tidak memiliki pendapatan sama sekali dari lini bisnis digital," katanya kepada Warta Ekonomi di Kantor AP II, beberapa waktu lalu.
Awaluddin menjelaskan airport big data berupaya untuk memonetasi big data yang dimiliki oleh perseroan. Adapun, airport e-commerce sangat potensial untuk dikembangkan karena terdapat sekitar 800 tenant yang berada di bandara-bandara kelolaan AP II. Ke-800 tenant tersebut mencakup tenant dalam kategori food and beverage, ritel, hingga duty free.
"Saya berikan contoh tenant Bakmi GM di Terminal 3 Bandara Soetta yang seharusnya di-unlock sehingga orang di Terminal 2 bisa makan siang Bakmi GM yang ada di Terminal 3. Jangan lupa, tenaga kerja di Bandara Soetta ini hampir 50.000 orang per hari. Di bandara ada banyak sekali tenaga kerja karena airport never sleep. Jadi, kita harus meng-unlock potensi airport e-commerce," paparnya.
Saat ini AP II telah melakukan kolaborasi dengan beberapa pelaku e-commerce dan perusahaan startup untuk mengoptimalkan potensi airport e-commerce tersebut. Beberapa perusahaan yang sudah diajak berkolaborasi seperti Go-Jek dan Grab.
Pria yang pernah menjabat posisi Direktur Enterprise & Business Service di Telkom Indonesia ini mengatakan pihaknya berupaya mentransformasi transaksi di bandara menjadi noncash transaction seperti e-money dan QR code. Saat ini tercatat transaksi di bandara masih didominasi oleh transaksi tunai. Kemudian ia akan memanfaatkan platform multiscreen untuk mendorong potensi airport e-advertising.
"Advertising di bandara saat ini cuma single screen, padahal kita bisa memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menghadirkan advertising di medium multiscreen," ujarnya.
Terakhir, ia sedang mengembangkan airport community lewat program Airport ID. Ia mengatakan akan menggabungkan data membership dan komunitas berbasis maskapai dan memberikan ID kepada penumpang berbasiskan airport.
Perlu diketahui, pada tahun 2018 AP II menargetkan pendapatan sebesar Rp9,4 triliun atau tumbuh 17,6% apabila dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp8,2 triliun. Selain itu, perseroan membidik jumlah lalu lintas penumpang sebanyak 119 juta orang pada tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: