Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sulawesi Utara, Ivanry Matu, menilai pemanfaatan teknologi pada produk turunan kelapa akan mampu meningkatkan daya beli kopra.
"Sudah saatnya ada sentuhan teknologi pada produk kopra seperti yang dilakukan di Filipina," katanya di Manado, Minggu (24/6/2018).
Dia mengatakan, harus ada strategi penerapan teknologi pengolahan kelapa untuk semua produk turunannya, selain tentunya diimbangi juga dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan akses pasar.
Harus diakui, katanya, saat ini yang menjadi andalan hanya daging kelapa yang dibuat kopra.
"Jika ada sentuhan teknologi di dalamnya pasti akan lebih berdaya saing," katanya.
Dia mengatakan, anjloknya harga kopra di sentra perdagangan Sulawesi Utara (Sulut) yang mencapai Rp4 ribu per kilogram telah menghantam tingkat kesejahteraan petani kelapa.
"Saya juga merasakannya karena saya sebagai anak petani kelapa," katanya.
Selama ini, katanya, upaya yang dilakukan pemerintah sudah banyak. Namun, yang perlu diubah yakni pola pikir petani kelapa sehingga bukan hanya menghasilkan kopra saja, tapi turunan yang lain juga.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Hanny Wajong, menambahkan, memang harga kopra turun dari Rp7 ribu per kg menjadi Rp4 ribu per kg di sentra perdagangan Kota Manado dan sekitarnya.
Pemerintah, katanya, tidak bisa mengintervensi harga kopra terlalu jauh, karena itu barang bebas dan mengikuti harga dunia.
Namun, katanya, pemerintah akan terus melakukan pemantauan dan pengawasan sehingga pedagang pengumpul tidak mempermainkan harga. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: