Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Catatan Akhir Tahun-Krisis Gas 2013 Masih Membayangi Sumut

Warta Ekonomi -

WE.CO.ID, Medan - Krisis gas di Sumatera Utara yang terjadi di 2013 dipastikan masih membayangi daerah itu hingga 2014 bahkan mungkin tahun selanjutnya.

Mengapa tidak ? Dari minimal kebutuhan gas yang sebesar 29,54 million standard cubic feet per day (mmscfd), alokasi dewasa ini hanya 9 mmscfd.

Angka itupun setelah ada tambahan 2 mmscfd dari Sumur Gas Benggala I Langkat yang sudah berproduksi Oktober lalu.

"Pengusaha sudah lama teriak soal krisis gas, tapi nyatanya tidak ada kepastian juga dari Pemerintah.Jadi ginilah, krisis gas masih terus berlangsung hingga 2014,"kata Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas Indonesia (Apigas) Sumut, Johan Brien di Medan, Senin.

Pemerintah misalnya, tetap membagi produksi Gas Benggala I Langkat yang sebesar 4 mmscfd untuk industri dan PLN.

Padahal, dengan krisis gas yang terjadi mengancam kelangsungan 53 industri pengguna gas di Sumut.

Dari 53, enam perusahaan sempat terganggu operasionalnya, dimana satu tidak dapat beroperasi dan lainnya tidak dapat beroperasi optimal.

Padahal kalau industri itu tutup, para pekerja menjadi pengangguran.

Tercatat sudah sekitar 5.000 orang di PHK dan termasuk ratusan yang dirumahkan.

Kalau alokasi gas tidak bertambah, maka pasti banyak industri yang tutup lagi yang artinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja semakin banyak dan ekspor, anjlok.

Apigas Protes Apigas semakin prihatin, karena ditengah krisis gas masih berlangsung, wacana "open acces" dimana para "trader" bisa menjual gas dengan menggunakan atau menyewa pipa milik PT.Perusahaan Gas Negara (PGN) bergulir terus..

Padahal kalau itu diberlakukan, maka harga jual gas akan lebih mahal dari yang dijual PGN.

"Sudahlah susah dapat gas, lalu harga naik.Mau gimana lagi nasib perusahaan,"katanya.

Padahal, era Komunitas ASEAN sudah di depan mata atau tahun 2015.

Kalau biaya produksi mahal, bagaimana produk nasional bisa bersaing termasuk di dalam negeri.

"Makanya Apigas juga protes dan menolak keras adanya open acces itu,"katanya.

Ketidakpedulian Pemerintah dengan krisis gas tercermin dari digagalkannya Floating Storage Regasification Unit (FRSU) di Belawan.

Pemindahan proyek FRSU Belawan ke Lampung membuat Sumut harus mengandalkan pasokan dari Arun, Aceh.

Janji bahwa Gas Arun bisa dinikmati Sumut mulai awal tahun 2014 juga diragukan karena selain hingga akhir 2013, proyek itu belum rampung, juga ada tambahan investasi yang cukup besar.

Investasi yang naik menjadi 570 juta dolar AS dari 100 juta dolar AS rencana awal bukan saja dikhawatirkan menghambat proyek itu tetapi menjadikan harga gas yang dipasok ke Sumut akan jauh lebih mahal.

Pemindahan FRSU secara langsung atau tidak, jelas menunjukkan tindakan deindustrilisasi dan memarginalisasi pertumbuhan ekonomi Sumut.

FRSU di Belawan dulu direncanakan berkapasistas sekitar 2,5 juta metrik ton per tahun dan sudah bisa mengatasi krisis gas pada 2012-2013.

Wakil Ketua Umum Kadin Sumut, Tohar Suhartono menyebutkan, Kadin memang prihatin dengan kondisi pasokan gas yang minim itu.

Kadin Sumut pada 25 September lalu pernah mengajukan surat permohonan ke Menteri ESDM, Jero Wacik untuk meminta agar prioritas peruntukan seluruh produksi Gas Benggala I itu untuk industri.

Permohonan agar seluruh produksi awal Benggala untuk Industri, ujar Tohar mengacu pada sudah terancamnya industri yang akan semakin berdampak pada semakin banyaknya industri tutup dan PHK dan keengganan masuknya investor.

Harapan Gas Benggala seluruhnya untuk industri juga mengacu pada fakta bahwa hingga saat ini yang punya kontrak jual beli gas dengan PT.Pertamina EP juga hanya PGN dimana kontraknya juga belum terpenuhi.

Sudah sekitar 5.000 orang di PHK dan termasuk ratusan yang dirumahkan.

"Kalau alokasi gas tidak bertambah, maka pasti banyak industri yang tutup yang artinya PHK pekerja semakin banyak dan ekspor, anjlok,"katanya.

Public Relation Manager Pertamina EP, Agus Amperiato mengaku sedang berupaya terus menambah pasokan gas untuk di Sumut.

Setelah Benggala I, maka akan dikerjakan proyek Sumur Benggala II dan III.

Menyoal tentang kemana pasokan hasil gas itu, menurut dia, wewenang penuh Pemerintah.

EP Pertamina kata dia memang berharap Gas Benggala bisa menjadi solusi sebagian dari krisis energi di Sumut.

General Manager PT PGN Strategic Busines Unit III Sumatera Bagian Utara, Mugiono mengaku akan memprioritaskan pasokan gas Sumur Benggala untuk sekitar 14 perusahaan menyusul masih sedikitnya pasokan gas itu..

Prioritas mendapat pasokan gas itu sesuai keputusan Pemerintah dimana yang diprioritaskan adalah industri yang produknya benar-benar harus menggunakan bahan bakar gas seperti keramik..

Sebanyak 14 perusahaan itu merupakan sebagian dari 53 industri yang beroperasi di wilayah Sumut dan pelanggan PGN selama ini.

Dengan alokasi itu, sudah menambah pasokan gas yang didistribusikan PT PGN ke pelanggan industri di Sumut.

Melalui penambahan gas, dua perusahaan, yaitu PT Ecogreen dan PT Smart di Belawan sudah mulai beroperasi lagi.

Meski sudah bertambah, tetapi pasokan diakui belum memenuhi juga permintaan volume gas industri.

"Secara akses, pipa PGN sudah memadai, tapi pasokan gasnya yang belum memadai," katanya. (Ant/ Evalisa Siregar)

Redaksi

Foto: Ist.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: