Harga CPO dan Penjualan Motor yang Lesu Buat IHSG Berkubang di Zona Merah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) -0.08%) kembali terkonsolidasi namun kali ini melemah 5.10 poin kelevel 6244.11 dengan saham-saham sektor Aneka industri meroost 1,16% dan Pertanian 1.16% turun lebih dari sepersen. 

Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi, mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang disinyalir menjadi penekan kedua sektor tersebut. "Pertama harga CPO yang kembali melemah akibat hubungan perdagangan India dan Malaysia belum menemukan titik temu. Kedua penjualan sepeda motor turun dibawah ekpektasi sebesar 6.8% dibulan Desember 2019," ujarnya, di Jakarta, Jumat (24/1/2020). 

Baca Juga: Rupiah Perkasa, IHSG Malah Letoy!

Meskipun demikian investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih sebesar Rp112,19 miliar dengan saham BMRI yang menjadi top net buy value setelah memaparkan kinerja keuangan 2019 yang berhasil mencetak laba bersih naik 9.9% dari tahun sebelumnya yang ditopang oleh penyaluran kredit yang naik 10.7% ditahun 2019. 

IHSG diperkirakan bergerak cenderung kembali tertahan dengan support resistance 6200-6278. “Saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal diantaranya; JPFA, BBTN, BNGA, BNLI, AKRA, ANTM, WIKA, WSKT,” pungkasnya. 

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,10% di Awal Sesi I

Sementara itu, ekuitas saham di Asia bervariasi tanpa bursa saham Tiongkok yang ditutup libur Imlek hingga hampir seminggu kedepan. Indeks Nikkei (+0.13%) naik sedangkan TOPIX (-0.01%) tipis dizona negatif. Investor terus mempertimbangkan pembatasan pergerakan China untuk 30 juta orang guna mencegah penyebaran virus corona. Dimana hal tersebut jika berlarut akan mengancam pertumbuhan ekonomi disana dan aktifitas espor import.

Terbalik dengan bursa Asia. Bursa saham Eropa cenderung dibuka sangat optimis. Indeks Eurostoxx (+1.48%), FTSE (+1.42%) dan DAX (+1.39%) naik lebih dari sepersen. Saham-saham perbankan dan pertambangan memimpin penguatan di Eropa seiring rilisnya laporan keuangan yang cukup baik. Euro menahan penurunan Kamis di tengah saran dari para gubernur bank sentral bahwa mereka akan perlu mempertahankan pengaturan stimulus yang sangat longgar untuk masa mendatang guna merangsang pertumbuhan ekonomi yang saat ini tergolong masih cukup rendah.