Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-Gara Gibran, Fahri dan Said Didu Berdebat, Fahri Sampai Nantang: Ayo Kita..

Gara-Gara Gibran, Fahri dan Said Didu Berdebat, Fahri Sampai Nantang: Ayo Kita.. Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah, menjelaskan alasan partainya mendukung putra dan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kontestasi Pilkada 2020.

Ia berpendapat bahwa keluarga presiden, seperti Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo, dan Bobby Nasution di Pilkada Medan adalah sebuah demokrasi, dan bukan dinasti lokal. Baca Juga: Pantas Pak Jokowi Gak Berani Reshuffle, Takut Gibran & Bobby Keok

“Memang ada perbedaanya karena istilah #DinastiLokal yang saya maksud adalah kekuatan lokal yang memerintah pra republik lahir,” tulisnya dalam akun Twitternya, seperti dilihat, Senin (21/9/2020). Baca Juga: Gibran ke Purnomo: Saya Berharap Pak Purnomo Bisa Bergabung

Menurut dia, Pilkada bukan merupakan dinasti kekuasaan bukan diwariskan melainkan menganut sistem kalah dan menang.

“Dalam tradisi dinasti, pewaris kerajaan tidak mengambil risiko kalah menang. Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang. Calon mengambil risiko. Tapi biar saja orang mengambil risiko. Anak Pak Jokowi dan anak Pak Maruf mengambil risiko. Bagus dong,” jelasnya.

“Begini, semua partai berkoalisi dengan PDIP. Semua partai mendukung anak presiden atau anak wakil presiden. Semua partai mencalonkan istri dan anak mantan bupati dan wlikota. Karena mereka menganggap ini #DemokrasiLokal bukan #DinastiLokal,” sambung Fahri.

Kontan saja, cuitan Fahri disamber deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Said Didu.

“Mention orang bodoh. Dinasti adalah kekuasaan berdasarkan keturunan. Kekuasaan dapat diperoleh lawan penunjukan atau pemilihan. Mohon jangan campuradukkan antara pengertian dengan proses. Pemilihan keturunan atau keluarga penguasa dapat dipastikan akan memanfaatkan pengaruh kekuasaan,” tulis Said Didu.

Balas Fahri, ia pun membuka diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

“Ayo kita uji pikiran kira bang: 1. Adakah proses yang murni? 2. Betulkah incumbent tidak menggunakan pengaruh dalam 270 pilkada sekarang? 3. Ini terlepas dari nama orang tertentu. Teori aja, bagaimana menurut abang?” tanyanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: