Anggota Komisi XI DPR Anis Byarwati tak masalah dengan tingginya anggaran PEN. Hanya saja, dia melihat, masih ada masalah saat eksekusi. Contohnya, realisasi anggaran PEN tahun lalu tidak mencapai target. Sampai akhir Desember 2020, realisasinya Rp 579 triliun atau 83 persen dari total pagu sebesar Rp 695,2 triliun.
"Tidak tercapainya target tersebut berdampak pada tidak optimalnya program PEN dalam meredam dampak resesi dan dampak buruk peningkatan pengangguran dan kemiskinan," kata Anis, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy menilai, wajar pemerintah menaikkan anggaran PEN. Soalnya, penanganan Covid-19 memang membutuhkan dana besar. Hanya saja, ia berharap anggaran yang tinggi ini harus dibarengi dengan realisasi yang cepat dan tepat sasaran. "Jangan sampai penanganan kasus Covid-19 berlarut-larut seperti tahun lalu," pesan Yusuf.
Baca Juga: Presiden Jokowi Terima Vaksin Covid-19 Dosis Kedua | Infografis
Apakah tingginya anggaran PEN mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi? Ekonom Indef Bhima Yudhistira memprediksi, pemulihan ekonomi masih akan berjalan lambat. Soalnya, kasus positif Covid-19 masih tinggi. Kalau kasus Covid-19 masih tinggi, aktivitas perekonomian tetap akan terhambat.
Merujuk data Satgas Covid-19, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah melampaui angka 1 juta. Tingginya kasus positif ini akan memunculkan rasa takut masyarakat untuk beraktivitas seperti biasa. Akibatnya, konsumsi rumah tangga, yang menjadi tulang punggung struktur perekonomian Indonesia, mengalami penurunan. "Perbaikan situasi ekonomi hanya dapat terakselerasi ketika penanganan kasus harian Covid-19 berjalan lebih optimal diiringi dengan stimulus pemerintah yang masif," kata Bhima, kemarin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: