Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jarang Diperhatikan, Hal Negatif Ini Ternyata Banyak Terkandung dalam Makanan Kemasan

Jarang Diperhatikan, Hal Negatif Ini Ternyata Banyak Terkandung dalam Makanan Kemasan Kredit Foto: Pexels/cottonbro
Warta Ekonomi -

Kesibukan sering kali membuat banyak orang menaruh pilihan pada hal-hal yang menghemat waktu, termasuk untuk urusan makan. Tak heran bila makanan kemasan menjadi salah satu opsi populer untuk memenuhi asupan sehari-hari.

Makanan kemasan sering hadir dalam bentuk makanan ultra proses atau makanan yang diolah melalui banyak proses. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa makanan ultra proses mendominasi sekitar 25-60 persen asupan energi harian individu di dunia.

Makanan kemasan atau ultra proses memang praktis dan hemat waktu karena mudah disajikan dan memiliki masa simpan lebih lama. Makan makanan seperti ini dapat memberikan kontribusi negatif bagi kesehatan. 

Baca Juga: Berbahaya untuk Kesehatan Tubuh, Ini Cara Mengurangi Asupan Gula dan Garam Berlebih

Setidaknya ada enam hal yang dapat membuat makanan kemasan atau makanan ultra proses buruk bagi kesehatan. Berikut ini adalah keenam hal tersebut, seperti dilansir The Health Site, Rabu (22/9):

1. Kandungan lemak, sodium, gula yang berlebih

Makanan kemasan sering kali disertai dengan kandungan lemak, sodium, dan gula yang tidak sehat. Ahli gizi Snighdha Chowdhury menyatakan bahan-bahan ini memang membuat makanan terasa lebih lezat, namun dapat memicu masalah kesehatan serius seperti obesitas, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 100 ribu orang juga mengungkapkan bahwa setiap peningkatan 10 persen dalam konsumsi makanan ultra proses atau makanan kemasan akan diiringi dengan 12 persen peningkatan risiko kanker

2. Tak bergizi

Makanan kemasan atau ultra proses tak jarang memiliki kandungan kalori yang tinggi. Namun pada saat yang sama, makanan seperti ini jarang memiliki nilai gizi yang baik dan dibutuhkan tubuh.

3. Kalori tinggi

Makanan kemasan atau ultra proses dikenal kaya akan kandungan lemak tak sehat. Ini yang membuat makanan seperti ini padat akan kalori. Konsumsi makanan kemasan dapat membuat seseorang lebih mudah mengonsumsi kalori berlebih tanpa disadari.

Baca Juga: Wajib Waspada! Ada Keterkaitan Antara Polusi Udara dan Diabetes

4. Perisa dan bahan artifisial

Makanan kemasan memiliki masa penyimpanan yang panjang. Di balik masa penyimpanan yang panjang ini biasanya terdapat bahan-bahan pengawet dan pemanis yang tinggi. 

Selain itu, makanan seperti ini juga kerap mengandung perisa dan bahan artifisial lain yang dapat memberikan efek kurang baik bagi kesehatan. Makanan tinggi pengawet dan pemanis juga seringkali menjadi pemicu penyakit jantung dan kadar gula darah yang tinggi.

5. Memicu obesitas

Makanan kemasan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya obesitas. Dampak ini bisa juga didapatkan dari jus atau sereal kemasan yang dijual dengan label bebas gula atau rendah kalori. Makanan seperti ini biasanya mengandung sirup jagung yang dapat meningkatkan kadar gula darah lebih jauh.

6. Karbohidrat tinggi

Sebagian besar makanan kemasan mengandung karbohidrat olahan yang tinggi. Karbohidrat seperti ini tidak baik karena bisa dipecah dengan cepat di dalam saluran pencernaan dan denhan cepat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan insulin. Dampaknya, rasa lapar dan keinginan untuk kembali menyantap karbohidrat akan muncul lebih cepat.

7. Yang perlu dilakukan

Perbanyak konsumsi makanan segar dan praktikkan pola makan seimbang. Dalam satu porsi makan perlu ada karbohidrat, protein, dan lemak dalam komposisi yang tepat.

Baca Juga: Bagaimana Tanda Luka Penderita Diabetes Akan Sembuh? Yuk Kenali 4 Tahap Penyembuhan Luka

"Makanan kemasan kaya akan zat kimia yang telah diizinkan oleh otoritas kesehatan, namun ketika dikonsumsi secara rutin, zat tersebut dapat memicu efek kesehatan yang serius dalam jangka panjang," ujar Agarwal. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: