WE Online, Jakarta - Meski dalam lima tahun terakhir pertumbuhan pasar modal Indonesia meningkat signifikan, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap merasakan kekhawatirannya. Alasannya, menurut regulator, perkembangan pasar modal indonesia tidak semata-mata ditentukan dari sisi supply saja, namun juga dari sisi demand. Salah satunya melalui pertumbuhan jumlah investor dan peningkatan transaksi investor, terutama investor domestik.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan bahwa berdasarkan data yang dimiliki KSEI, saat ini jumlah subrekening efek di pasar modal Indonesia baru mencapai kira-kira 459.000 dengan jumlah investor riil yang terlihat dari banyaknya single investor identity (SID) baru mencapai kurang lebih 358.000.
"Dari jumlah tersebut, jumlah investor domestik mencapai 97,4% sementara sisanya sebesar 2,6% merupakan investor asing. Namun demikian, investor asing menguasai hampir 60% kepemilikan saham di pasar modal Indonesia," kata Muliaman di Jakarta, baru-baru ini.
Kondisi itu, lanjut Muliaman, akan mengakibatkan kerentanan pasar modal Indonesia terhadap posisi net sell oleh investor asing. Jadi, menurutnya, peningkatan jumlah dan transaksi investor domestik perlu terus ditingkatkan.
"Saat ini jika dibandingkan dengan total masyarakat kelas menengah Indonesia sebagai investor potensial di pasar modal yang mencapai 134 juta jiwa, rasio jumlah investor di pasar modal indonesia masih sangat kecil hanya mencapai 0,27%," pungkasnya.
Oleh sebab itu, tutur dia, guna mendorong masyarakat melantai di bursa maka OJK akan menerapkan strategi dengan terus melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai industri jasa keuangan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah Indonesia serta kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat perlu diinformasikan pentingnya berinvestasi dalam rangka menjamin kehidupan yang lebih baik di masa depan.
"Untuk mendukung hal tersebut, OJK melalui strategi literasi keuangan telah melaksanakan beberapa program edukasi keuangan yang antara lain dilaksanakan melalui berbagai media komunikasi dan publikasi serta bekerja sama dengan kalangan akademisi dan perguruan tinggi. Kegiatan ini diselenggarakan di berbagai kota dengan mengundang berbagai lapisan masyarakat yang dianggap memiliki akses pengetahuan keuangan yang minim, termasuk masyarakat kelas menengah, pelajar, dan mahasiswa Indonesia," imbuhnya.
Selain itu, tambah Muliaman, OJK juga sudah menyisipkan pengetahuan mengenai pasar modal ke dalam kurikulum yang diajarkan kepada para pelajar kelas menengah atas.
"Upaya edukasi dan sosialisasi ini perlu dibarengi dengan upaya pendalaman pasar melalui perluasan variasi produk yang ditawarkan di pasar modal Indonesia, baik produk pasar modal konvensional maupun produk pasar modal syariah dan meningkatkan kemudahan akses atas produk-produk pasar modal tersebut. Ini menjadi penting supaya masyarakat memiliki banyak alternatif pilihan investasi yang menarik dan akses yang mudah dijangkau," jelas Muliaman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement