WE Online, Jakarta - Pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 tinggal menghitung bulan. Implementasi AEC akan menyebabkan kian derasnya pergerakan arus barang, jasa, faktor produksi, investasi, dan modal. Penghapusan tarif dan nontarif akan berlaku bagi perdagangan antarnegara di lingkup Asia Tenggara tersebut.
AEC atau MEA 2015 adalah harapan, peluang, sekaligus tantangan. Oleh karena itu, pelaksanaan MEA 2015 semaksimal mungkin harus dapat dimanfaatkan demi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kaltim. Hal ini diungkapkan oleh Asisten Ekonomi Pembangunan Setprov Kaltim HM Sa’bani.
Menurut Sa’bani, seperti ketika diberlakukan perjanjian area perdagangan bebas antara ASEAN dengan Tiongkok dalam ASEAN-China Free Trade Area atau ACFTA pada tahun 2010 lalu maka saat itu program ACFTA diharapkan dapat mendorong para pelaku usaha untuk dapat membuat produk-produk berkualitas dan lantas memasarkannya ke pasar-pasar Tiongkok. Namun, kondisinya berbanding terbalik. Bukannya mampu menggenjot ekspor, saat itu Indonesia justru kebanjiran produk-produk impor dari Tiongkok hingga neraca perdagangan Indonesia menjadi defisit.
Lanjutnya, ungkap Sa'bani, agar para pelaku usaha di Kaltim mampu bersaing dalam pasar internasional maka para pelaku usaha harus mampu meningkatkan daya saing produk agar tidak kalah bersaing. Inovasi berkelanjutan juga harus dilakukan mengingat jika hanya mengandalkan produk saja tanpa inovasi terbaru maka sudah hampir bisa dipastikan produk-produk asal Indonesia, khususnya Kaltim pasti akan kalah bersaing dengan produk sejenis dari negara lain.
Pasar di luar negeri tidak mungkin bisa menerima produk-produk asal Kaltim atau Indonesia jika kualitas dan daya saing produk Indonesia masih rendah, sementara harga cenderung bersaing bahkan relatif lebih mahal. Selain itu, menghadapi berbagai kemungkinan tersebut Pemprov Kaltim tidak berdiam diri. Berbagai persiapan dalam menghadapi MEA 2015 sudah dan sedang dilakukan berupa sosialisasi, pelatihan-pelatihan, maupun bimtek yang seluruhnya dimaksudkan agar masyarakat pembina dan pelaku usaha termotivasi untuk melakukan pengembangan produk terutama pengembangan desain, mutu, kemasan, label, dan merek sehingga mampu bersaing dari sisi kualitas maupun kesinambungan dari produk itu sendiri.
"Populasi penduduk ASEAN diperkirakan sekitar 600 juta orang. Dari jumlah itu penduduk Indonesia mencapai 250 juta orang. Ini potensi pasar yang besar yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Harus ada sinergi antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk bersama-sama menghadapi pasar terbuka ini," pungkas Sa'bani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alnisa Septya Ratu
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement