Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Satgas Tegaskan Tak Ada Jebakan Karantina Turis Ukraina, Ini Penjelasan Berikut Kronologinya

Satgas Tegaskan Tak Ada Jebakan Karantina Turis Ukraina, Ini Penjelasan Berikut Kronologinya Kredit Foto: Antara/Fauzan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menparekraf Sandiaga Uno membongkar dugaan permainan karantina yang dialami oleh warga negara (WN) Ukraina, Iryana dan putrinya.

Satgas COVID-19 menjelaskan kronologi permasalahan itu muncul, kendati disimpulkan proses karantina sudah sesuai dengan prosedur.

Kabid Komunikasi Publik Satgas COVID-19 Hery Trianto mengatakan prosedur karantina dan isolasi yang dijalani Iryana sebenarnya tidak ada masalah.

"Jadi praktis kalau hasil investigasi kami sebenarnya tidak ada masalah dengan warga Ukraina ini. Tetapi juga harus lihat psikologi orang yang tidak merasa sakit tapi dia dinyatakan positif, makanya dia berusaha untuk mungkin mencari pertolongan kayak gitu, salah satunya menyampaikan keluhannya itu ke luar. Itu aja situasinya," ucap Hery kepada wartawan, Rabu (2/2/2022).

Dan berikut ini kronologinya sebagaimana penuturan Hery:

16 Januari 2022

Pada Minggu, 16 Januari 2022, WN Ukraina dan putrinya itu tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten. Keduanya kemudian melakukan karantina di hotel daerah Harmoni setelah mendapatkan hasil entry test PCR negatif COVID-19. "Bahwa dia masuk tanggal 16, dites negatif. Kemudian menjalani karantina," kata Hery.

21 Januari 2022

Pada hari keenam karantina, Iryana dan putrinya memperoleh exit test PCR. Hasil menunjukkan positif COVID-19. "Hari ke-6 dites PCR, exit test namanya, dia positif CT-nya 19 sama 24, anaknya yang 6 tahun itu 24. Kalau Iryana, namanya Iryana, kan, itu di 19, ini kan kategori infeksius kan. Nakesnya pasti akan merekomendasikan dia untuk diisolasi, karena dia memang tanpa gejala," jelas Hery.

Hery mengatakan ada dua pilihan yang akan diberikan kepada pasien jika hasil exit test PCR menunjukkan hasil positif, yakni dirawat di rumah sakit jika bergejala dan isolasi di hotel bila tanpa gejala.

"Nah, ketika hasilnya positif itu kan pilihannya ada dua, kalau bergejala dia harus dirawat di rumah sakit, kalau dia tanpa gejala dia bisa melakukan isolasi di hotel isolasi," tuturnya.

Hery mengatakan Iryana meminta diperbolehkan melakukan tes pembanding. Tenaga kesehatan di hotel karantina menyanggupi hal itu, dengan catatan biaya tes ditanggung sendiri. "Dia sudah dikasih opsi. Dia kan nanya, 'Jadi saya boleh nggak tes pembanding?', 'Ya boleh, silakan'.

Tetapi harus menunggu kan, menunggu petugasnya datang, kemudian menunggu hasilnya. Terus kemudian, 'Pilihan lainnya apa?', 'Ke hotel isolasi'. Ke hotel isolasi karena dia positif. Makanya diantar ke hotel isolasi," tutur Hery.

"Tes pembanding atas biaya sendiri, karena negara nggak mau tanggung. Karena itu kan berdasarkan kemauan dia, kalau dia sudah mau menerima. Kalau dia tidak menerima, ya dia bayar sendiri, dan mahal karena dia home care kan. Dia mendatangkan tenaga kesehatan untuk ke hotel, memang lebih mahal, kalau dia mau tanggung, boleh," lanjutnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: