Hasil suvei kepemimpinan nasional (SKN) menempatkan elektabilitas Ketua DPR RI Puan Maharani tidak terlalu bagus. Survei yang digelar oleh Litbang Kompas itu hanya memberi elektabilitas dibawah satu persen.
Melansir Suara.com, menanggapi hal itu politikus PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menyebut hasil survei bukanlah satu-satunya pertimbangan untuk mengusung calon presiden.
Baca Juga: Akan Pilih Kepala Otorita IKN Nusantara, Jokowi Diwanti-Wanti Puan Maharani
"Tapi harus kita pahami, hasil survei hanya salah satu yang dipertimbangkan, bukan satu-satunya dalam proses penetapan calon [presiden]," ujar Hendrawan, Rabu 23 Februari 2022.
Ia pun menilai sosok capres dari kalangan eksekutif lebih diuntungkan dibanding yang duduk di bangku legislatif.
Hasil survei elektabilitas pun hanya bernilai informatif sehingga masyarakat tahu sosok yang bakal maju menjadi kandidat pemimpin di masa depan.
[Sosok] yang ada di eksekutif cenderung lebih populer dan diuntungkan, karena tugas-tugas legislatif biasanya sepi dari exposure publik," katanya.
Hendrawan pun menyebut Puan tidak memprioritaskan diri mengejar elektabilitas. Namun tetap memantau terus perkembangan dari lembaga survei yang ada.
Berdasarkan beberapa hasil survei elektabilitas, hasil Puan memang menunjukkan angka yang cukup rendah. Padahal Puan digadang-gadang menjadi salah satu kandidat capres 2024 dari PDIP.
Dari survei Indikator Politik Indonesia misalnya yang menunjukkan elektabilitas Puan sebesar 1,8 persen ketika dirilis pada 9 Januari 2022.
Baca Juga: Prabowo Ingin Menang di Pilpres 2024? Silakan Gandeng Sosok Ini
Kemudian hasil survei Politica Research and Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) memperlihatkan elektabilitas Puan sebesar 0,8 persen dirilis 27 Desember 2021.
Sementara itu pada survei Charta Politika dengan simulasi 10 nama yang dirilis pada 20 Desember 2021. Puan hanya menduduki posisi sembilan dengan elektabilitas 1,1 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar