Senior Officer, APAEC Asean Centre for Energy Rizky Aditya Putra mengatakan banyak tantangan yang akan dihadapi negara yang berada di Asia Tenggara dalam menuju transisi maupun ketahanan energi.
Hal tersebut terjadi lantaran pertumbuhan ekonomi di ASEAN bertumbuh sangat cepat dan jumlah populasinya juga bertumbuh sangat cepat.
"Kebutuhan energi negara ASEAN ini bertumbuh tiga kali lipat dihitung sejak 2020 terutama di sektor industri dan transportasi merupakan dua sektor penggunaa energi yang paling besar," ujar Rizky dalam Indonesia Sustainable Energy Week dipantau virtual, Jumat (14/10/2022).
Baca Juga: Pemerintah Kerja Keras Mendorong Lifting Migas demi Ketahanan Energi
Rizky mengatakan sebagian besar dari permintaan kondisi tersebut masih didominasi oleh energi fosil, di mana lebih dari 80 persen masih disuplai bahan energi fosil termasuk gas.
Menurutnya, penggunaan energi fosil ini merupakan salah satu kontributor terbesar dalam penyumbang emisi CO2 dan ini merupakan tantangan yang sangat besar yang akan dihadapi di masa mendatang.
"Kita juga dihadapi dengan tantangan yaitu memastikan ketahanan energi di kawasan regional ini, di mana dalam beberapa dekade belakangan ini ASEAN sudah merupakan negara yang masuk dalam kategori negara yang mengimpor energi lumayan besar," ujarnya.
Lanjutnya, juga terdapat kebutuhan mendesak di kawasan ASEAN untuk ketahanan lingkungan dan kelestarian lingkungan.
"Demi ketahanan energi, karena itulah kita perlu melakukan aksi diverifikasi di sektor energi ini," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: