Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar Ilmu Menipu dari Ayah Puan Maharani

Belajar Ilmu Menipu dari Ayah Puan Maharani Ilustrasi Puan Maharani. | Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jurnalis dan kader senior PDI Perjuangan Panda Nababan menceritakan sisi personal hubungan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan mendiang suaminya, Almarhum Taufiq Kiemas (TK), ayah kandung dari Puan Maharani.

Panda bercerita sejatinya, kedua pasangan itu berbeda sifat; Megawati punya karakter yang keras kepala, sementara Taufik adalah politikus lihai yang jago dalam urusan lobi.

"Dalam politik, sering mereka bertengkar keras dan berargumentasi tajam," kata Panda dalam buku "Lahir sebagai Petarung", hal-994.

Tidak jarang urusan perdebatan politik dibawa ke masalah hubungan rumah tangga.

"Suatu ketika saya datang ke rumah mereka di Kebagusan. Saya melihat Megawati sedang duduk sendiri di depan meja makan. Saya sapa Mega dan melewati dia untuk menuju ke kamar yang biasanya Taufiq ada di sana, di dekat kolam renang. Sambil jalan, saya manggil-manggil Taufiq.

"Pan, dia enggak ada di situ. Temanmu itu sudah tiga hari enggak pulang," kata Mega.

"Saya pun mencari TK. Waktu akhirnya saya bisa menemukan dia, saya membujuk dia untuk pulang sambil saya goda. "Fik, orang Sumatera itu tidak ada lakinya yang ninggalin rumah. Biasanya bininya, ini malah beda," jelasnya.

"Hati Taufiq luluh dan kami pun sama-sama kembali ke rumah Kebagusan. Saya kagum dengan cara TK menghindari konflik. Saya juga mengagumi begitu cepatnya pasangan ini rukun kembali," tuturnya.

Panda memuji pasangan Mega-Taufiq adalah pasangan serasi yang paling fenomenal dalam jagad politik nasional. Mereka saling melengkapi, meski sifat keduanya ada perbedaan yang sangat tajam.

"Mega penyabar terkenal hati-hati, banyak pertimbangan. Berkolaborasi dengan tokoh yang agresif, emosional dan berpikir strategis," jelasnya.

Sifat lain dari Mega-Taufiq adalah ketika menghadapi orang yang tidak disukai oleh keduanya. Mega disebut lebih kelihatan ketika tak menyukai seseorang. Berbeda dengan Taufiq, yang lebih pandai menutupi rasa ketidaksukaannya.

"Beda dengan TK, susah dibaca. Kita tidak tahu apakah dia senang atau tidaknya. Dia buat suasana cair begitu saja. Suatu ketika dia mengajari ilmu baru kepada saya. TK bilang: Kalau kita tidak pernah menipu orang, kita ditipu itu namanya nasib. Kalau kita biasa menipu orang dan kena tipu, itu namanya sakit," jelasnya.

"Setelah itu dia memberi ilmu ketiga: Kita menikmati kalau kita ditipu," tutur Panda.

Yang ketika itu langsung dia praktikkan di depan saya. Saat itu kami sedang berada di teras rumahnya di Jalan Teuku Umar. Ada seseorang yang menurut TK menipu dirinya.

"Orang yang sudah menipu itu masih kau terima,?" tanyaku kepada TK.

"Terimalah, kita nikmati dulu ditipu dia," jelasnya.

Kemudian yang bersangkutan masuk dan kami duduk bertiga di ruang tamu. Saya melihat tamu itu bercerita panjang lebar tentang suatu proyek dan kelihatannya TK menaruh perhatian yang serius.

"Saya sudah bicara dengan menterinya. Datangilah," ujar TK.

Setelah orang itu pulang, TK mengatakan bagaimana nikmatnya tipuan dari orang yang kita ketahui sedang mencoba menipu karena sebelumnya memang pernah menipu kita.

"Si Menteri yang disebut itu pun sudah menolak orang tersebut. Bahkan untuk bertemu dengan orang itu pun sang menteri tidak mau, dan itu yang diharapkan Taufiq karena itu jelas melanggar undang-undang," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: