Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Terjun Bebas, Supply and Demand Diprediksi Enggak Seimbang

Harga Minyak Terjun Bebas, Supply and Demand Diprediksi Enggak Seimbang Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia turun signifikan pada penutupan perdagangan di Senin (11/11).Penurunan ini dipicu oleh kekecewaan pasar terhadap paket stimulus terbaru dari China.

Dilansir Selasa (12/11), Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2024 turun US$2,34 atau 3,32%, ditutup di level US$68,04. Sementara Minyak Brent untuk pengiriman Januari 2025 merosot US$2,04 atau 2,76%, menjadi US$71,83.

Baca Juga: Sukses Optimalisasi, Pertamina EP Prabumulih Cetak Rekor Produksi Minyak 10.000 BOPD

Analis Market XM, Achilleas Georgolopoulos mengatakan hal ini tidak terlepas dari kekhawatiran investor yang menilai bahwa stimulus pemerintahan negara tirai bambu tidak akan cukup kuat untuk mendongkrak permintaan domestik akan minyak.

Inflasi China yang menunjukkan pelemahan juga menambah sentimen negatif pasar. Inflasi konsumen negara tersebut turun menjadi 0,3% pada Oktober, di bawah perkiraan 0,4%.

“Angka inflasi China yang lemah semakin memperkuat kekhawatiran pasar terhadap risiko deflasi dan momentum ekonomi yang negatif," tulis Achilleas.

Kemenangan Donald Trump juga turut andil dalam mempengaruhi sentimen negatif dalam pasar minyak. Trump dikenal dengan pro-energi fosil dan janji “drill baby, drill,” membuat investor khawatir akan adanya peningkatan produksi minyak dari Amerika Serikat (AS).

Penguatan Dolar AS juga memperburuk sentimen ini. Kuatnya dolar membuat minyak yang diperdagangkan dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional, sehingga menurunkan minat beli.

Adapun Bank of America Securities memperkirakan bahwa produksi minyak dari negara non-OPEC akan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari pada 2025 dan 900.000 barel per hari pada 2026. Peningkatan pasokan ini berpotensi memberikan tekanan dalam menjaga keseimbangan pasokan minyak dunia bagi OPEC+.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Parah, Akankah 'Diselamatkan' Trump?

Bank of America mencatat bahwa jika tren peningkatan pasokan berlanjut, lembaga tersebut mungkin perlu melakukan penyesuaian lebih lanjut untuk mencegah ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: