
Bank Dunia (World Bank) menyerukan negara-negara berkembang untuk meliberalisasi perdagangan menyusul perang tarif yang dijalankan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan bahwa hal tersebut perlu dilakukan dengan alasan bahwa banyak dari negara berkembang masih mempertahankan tarif impor yang lebih tinggi dibandingkan negara maju. Menurutnya, penurunan tarif dapat membantu mengurangi risiko pembalasan berupa pajak impor dari negara mitra dagang.
Baca Juga: Wujudkan Pemerataan Internet, Kemkomdigi dan Bank Dunia Bahas Optimalisasi Infrastruktur Digital
Banga menyatakan bahwa ketidakpastian global telah menciptakan lingkungan ekonomi dan bisnis yang lebih berhati-hati. Ia tidak memberikan proyeksi spesifik, namun menegaskan bahwa pertumbuhan global diperkirakan akan melambat dari tingkat yang sebelumnya diprediksi.
“Negara-negara perlu bernegosiasi dan berdialog dalam isu perdagangan. Ini akan menjadi sangat penting di fase saat ini, dan semakin cepat dilakukan, semakin baik hasilnya,” ujar Banga, dilansir dari Reuters, Jumat (18/4).
Ia juga menyoroti potensi besar dari integrasi regional yang lebih dalam bagi negara-negara berkembang. Menurutnya, negara-negara tersebut harus bekerja sama dengan mitra yang bersedia demi menjaga kelancaran perdagangan bilateral dan regional.
Banga mencatat bahwa selama dua dekade terakhir, perdagangan global hampir meningkat empat kali lipat, dengan negara berkembang berhasil menggandakan porsi mereka menjadi dua perlima dari total perdagangan dunia.
Namun, ia memperingatkan bahwa tarif impor di negara berkembang masih berada beberapa persen lebih tinggi dari negara maju.
“Hal ini menciptakan risiko nyata berupa tarif balasan dan, yang lebih penting, hilangnya daya saing,” katanya.
Ia menambahkan bahwa liberalisasi secara luas, disertai dengan proses perbatasan yang lebih efisien, aturan asal barang yang jelas, dan pengurangan hambatan, bisa memperluas akses pasar dan meredam risiko tersebut.
“Sejarah menunjukkan bahwa ekonomi yang lebih terbuka cenderung tumbuh lebih cepat dan lebih tangguh terhadap guncangan,” ujarnya.
Banga mengakui bahwa ketegangan perdagangan global telah menurunkan minat bisnis untuk berinvestasi, namun belum jelas berapa lama kondisi ini akan bertahan. Ia optimistis bahwa solusi dapat ditemukan melalui proses negosiasi.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah mengguncang sistem perdagangan global dengan memberlakukan tarif dasar baru sebesar 10% untuk barang dari semua negara, dan tarif yang lebih tinggi untuk beberapa negara tertentu.
Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Pastikan Kesiapan Dana Rp350 Miliar untuk Lunasi Utang Jatuh Tempo
Meski demikian, tarif tersebut saat ini ditangguhkan selama 90 hari untuk memberi ruang bagi negosiasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement