Raih Tiga Penghargaan Best Human Capital Awards 2025, MCCI Tegaskan SDM Kunci Keberlanjutan Bisnis

PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI) kembali mencatatkan prestasi membanggakan. Perusahaan petrokimia ini berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus dalam ajang Best Human Capital Awards 2025 baru-baru ini.

Tiga penghargaan tersebut adalah Best Leadership on Human Capital Commitment 2025, yang dianugerahkan kepada Presiden Direktur MCCI, Anang Adji Sunoto, serta Best Human Investment 2025 dan Best Talent 2025, yang diberikan kepada manajemen MCCI.

Menaker Yassierli, melalui Staf Ahli Bidang Ekonomi Ketenagakerjaan Aris Wahyudi, menegaskan pentingnya pengelolaan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa.

“Forum ini kami harapkan menjadi instrumen bagi pengelola human capital agar cita-cita Indonesia Emas 2045 benar-benar bisa terwujud tanpa ada yang tertinggal,” ujarnya.

Presiden Direktur MCCI, Anang Adji Sunoto, menegaskan bahwa capaian ini merupakan hasil kerja tim, bukan individu. “Saya hanya mewakili tim. Semua pencapaian ini hasil kerja mereka. Jadi, penghargaan ini seharusnya untuk seluruh tim, bukan hanya untuk saya,” ujarnya.

Anang menjelaskan bahwa filosofi kepemimpinan di MCCI banyak terinspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, pemimpin harus mampu menempatkan diri sesuai kondisi. “Berada di tengah saat organisasi bertumbuh, di depan saat krisis, dan di belakang sebagai penjaga ketika bisnis sudah matang,” terangnya.

Ia menambahkan, strategi perusahaan tidak hanya berbicara soal modal finansial, tetapi juga modal manusia. “Seberapa besar pun investasi yang dimiliki perusahaan tidak akan berjalan tanpa tim yang solid. Investor dengan dana besar sekalipun tidak akan mampu menggerakkan bisnis tanpa tim yang kompeten. Kalau punya modal besar tapi tidak ada tim, ya percuma. Paling hanya bisa ditaruh di bank. Tapi kalau punya tim yang solid, hasilnya bisa berlipat ganda,” katanya.

Salah satu hal yang membanggakan bagi MCCI adalah loyalitas karyawan yang sangat tinggi. Hampir semua anggota tim, termasuk yang bergabung sejak 1990-an, tetap bertahan hingga menjelang pensiun. Hal ini, menurut Anang, menunjukkan bahwa kenyamanan kerja menjadi faktor penting di luar kesejahteraan finansial. “Selain kesejahteraan, kami berusaha menciptakan kenyamanan, suasana yang membuat orang betah, bersatu, dan bertahan,” imbuhnya.

Anang juga menekankan pentingnya sikap adaptif dalam menghadapi perubahan zaman dan kompetisi industri yang semakin ketat. Menurutnya, perusahaan hanya memiliki dua pilihan: bertumbuh atau mati. Karena itu, investasi dalam pengembangan SDM menjadi kunci keberlanjutan bisnis. “Untuk menghadapi kondisi saat ini, kita harus agile, lincah, persisten, dan kompetitif. Karena pilihan bisnis cuma dua, tumbuh atau mati,” pungkasnya.