Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hati-hati! Pemanis Rendah Kalori Bisa Sebabkan Obesitas

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang ideal. Oleh sebab itu, banyak dari kita yang melakukan berbagai cara demi menjaga tubuhnya agar tetap langsing dan ideal. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi gula rendah kalori. Namun, bila kebetulan Anda menggunakan gula rendah kalori sebagai alternatif menjaga berat badan, sebaiknya Anda baca informasi di bawah ini.

Mengutip Daily Mail, sebuah penelitian dari lembaga asal Israel baru-baru ini melaporkan pemanis rendah kalori tersebut justru meningkatkan risiko obesitas.

Para peneliti dari Weizmann Institute of Science meminta masyarakat waspada pada minuman diet dan pemanis rendah kalori. Mereka telah melakukan penelitian terhadap 400 orang pria dan wanita. Hasilnya, ada keterkaitan antara pemanis buatan dengan tubuh gemuk dan intoleransi glukosa.

Para peneliti menemukan bahwa produk gula diet banyak diujikan pada tikus. Pemanis buatan tersebut rupanya membuat tikus lebih sulit memproses gula dalam tubuhnya. Kasus ini disebut intoleransi glukosa. Studi lain menyebut bahwa pemanis buatan berpotensi untuk merusak bakteri baik yang hidup di sistem pencernaan manusia. Bakteri yang berkembang pada pemanis buatan dapat menyimpan lebih banyak lemak sehingga meningkatkan kemungkinan obesitas.

Bahkan ironisnya, menurut sebuah studi terbaru, obesitas di usia pertengahan atau 30-an berhubungan dengan tingginya risiko menderita demensia di kemudian hari Para peneliti dari Universitas Oxford menemukan bahwa pada usia 30-an seseorang yang mengalami obesitas berisiko tiga kali lipat menderita demensia. Menurut mereka, usia saat seseorang menderita obesitas nampaknya menjadi faktor kunci untuk mengembangkan demensia.

"Hasil ini mendukung bukti yang telah ada bahwa obesitas di usia pertengahan meningkatkan risiko mengembangkan demensia. Temuan bahwa orang yang mengalami obesitas di usia 30 tahunnya berisiko tiga kali menderita demensia adalah luar biasa," ujar Manajer Komunikasi Penelitian Alzheimer’s Society Dr. Clare Walton seperti dilansir Female First.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: