Badan Urusan Logistik Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menerapkan pembelian beras petani dengan harga komersial bukan lagi semata-mata mengacu harga pembelian pemerintah seperti yang diberlakukan selama ini.
"Skema harga komersial berdasarkan kualitas beras bertujuan meningkatkan minat petani menjual beras ke Bulog," kata Kepala Divisi Regional Badan Urusan Logistik (Bulog) DIY Miftahul Adha di Yogyakarta, Kamis (16/2/2017).
Menurut dia, terobosan itu dilakukan karena harga jual beras di kalangan petani ada yang sudah di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang masih ditetapkan Rp7.300 per kg. Hal itu dilakukan untuk bersaing dengan tengkulak atau swasta yang berani membeli dengan standar harga di atas HPP.
Miftah menjelaskan skema harga komersial yang diterapkan akan menyeleksi kualitas beras petani. Apabila kualitas beras dipastikan bagus dan petani memasang dengan harga di atas HPP, maka Bulog tidak keberatan membeli.
"Jadi misal harga di pasar sudah mencapai Rp7.400 per kg dan kami lihat kualitas berasnya memang bagus, kita berani membeli," kata dia.
Ia mengatakan saat ini serapan beras di tingkat petani masih rendah karena sawah-sawah petani yang memasuki masa panen masih belum merata. Sejak awal Februari yang merupakan masa awal penyerapan beras, hingga saat ini beras yang dibeli dari petani mencapai 1.000 ton. "Hingga saat ini panen baru ada di Kulon Progo dan sebagian di Bantul," kata Miftah.
Ia memperkirakan pengadaan beras akan meningkat saat masa panen raya yang diperkirakan berlangsung pada Maret hingga April. "Kami optimistis target 65.475 ton pada tahun ini tetap tercapai," kata dia.
Menurut dia, meski belum mulai melakukan pengadaan beras, stok beras di gudang Bulog DIY diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan hingga enam bulan ke depan. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil