Apple Setuju Bayar Pajak ke Irlandia Sebesar US$15,4 Miliar

Uni Eropa akan membatalkan gugatannya terhadap Apple atas skandal pajaknya yang nyaman dengan Irlandia karena Apple telah setuju membayar kembali 13,2 milyar Euro ($15,4 milyar) pajak yang harus dibayarkannya, ditambah bunga 1,2 milyar Euro ($1,4 milyar). Jumlah itu akan masuk ke rekening penampungan escrow sambil menunggu Dublin dan banding Apple melawan putusan itu.

Menteri keuangan Irlandia Paschal Donohoe, mengumumkan perihal tersebut pada Selasa (20/9/2018), dengan mengatakan bahwa pemerintah telah memulihkan jumlah pajak penuh kepada raksasa teknologi triliun dolar itu di mana sebelumnya Apple hanya membayar pajak 0,05 persen sebagai bagian dari pengaturannya dengan negara itu.

"Pemerintah Irlandia pada dasarnya tidak setuju dengan analisis Komisi Eropa dalam keputusan bantuan Irlandia kepada Apple, dan mencari pembatalan keputusan itu di pengadilan Eropa," ungkap Donohoe, seperti dilansir dari engadget, Kamis (20/9/2018).

Dia menambahkan bahwa sebagai anggota Uni Eropa Irlandia berkomitmen untuk memulihkan dugaan bantuan negara kepada Apple. Apple langsung menolak mengomentari keputusan itu, alih-alih mengulangi pernyataan dari tahun lalu yang mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan proses pemulihan dan yakin jika keputusan itu akan dibatalkan.

Uni Eropa menganggap pembayaran pajak Irlandia untuk Apple dilakukan dengan ilegal pada tahun 2016 karena memberi perusahaan itu keuntungan signifikan atas pesaingnya. Apple diperintahkan untuk membayar kembali pajak yang terhutang untuk periode antara 2003 dan 2014, bersama dengan bunga.

Pengajuan banding gagal dilakukan hingga Apple mulai membayar kembali uangnya, dimulai dengan pembayaran sebanyak $1,76 miliar pada bulan Mei tahun ini, menjadi dana escrow.

"Mengingat pembayaran penuh oleh Apple dari bantuan ilegal yang diterimanya dari Irlandia, Komisaris Vestager akan mengusulkan kepada Dewan Komisaris untuk membatalkan proses ini ke pengadilan," juru bicara Komisi Eropa Ricardo Cardoso mengatakan dalam sebuah email kepada Reuters.