Dari Ojek, Antar Makanan, Kini Perbankan. Grab Rencana Jadi Bank Digital
Decacorn asal Singapura, Grab, akan mengajukan permohonan untuk lisensi perbankan digital di Singapura. Perusahaan telah mengonfirmasi kabar tersebut karena melihat bisnis keuangan sebagai pendorong pertumbuhan di masa depan dilansir dari Nikkei Asian Review, Senin (23/12/2019).
Jika Grab berhasil mendapatkan lisensi, konsumen serta usaha kecil dan menengah akan memiliki akses ke deposito, pinjaman, dan layanan keuangan lainnya yang merupakan langkah besar menjadi perusahaan teknologi terkemuka di Asia Tenggara.
Baca Juga: Waduh!! Grab Disuruh Bayar Denda Sama Regulator Filipina, Ternyata Langgar Aturan Ini . . . .
Dalam sebuah wawancara dengan Nikkei Asian Review, Sabtu, Reuben Lai, Kepala Grab Financial Group, unit keuangan milik Grab berkata, "Kami akan mengajukan permohonan lisensi perbankan digital di Singapura." Hal itu akan dilakukan sebelum batas waktu pengiriman 31 Desember.
"Lisensi perbankan membuka lebih banyak peluang bagi kami untuk meluncurkan lebih banyak layanan untuk melayani pelanggan kami," ujar Lai. "Grab Financial Group adalah pilar utama pertumbuhan bagi Grab dan bagi kami untuk mendapatkan lisensi perbankan akan memperkuat posisi kami sebagai ekosistem fintech terbesar di Asia Tenggara," tambahnya.
Bank sentral Singapura akan menerbitkan hingga lima lisensi perbankan digital yakni dua lisensi bank penuh dan tiga lisensi bank induk untuk memajukan liberalisasi sektor perbankan. Grab akan mengajukan lisensi bank penuh yang akan memungkinkan pemegang lisensi untuk menawarkan layanan kepada pelanggan ritel dan non-ritel, kata Lai.
"Apa yang ingin kami lakukan dengan lisensi perbankan adalah untuk membawa lebih banyak transparansi, aksesibilitas lebih kepada para pengguna," kata Lai.
"Ini tentang bagaimana kami memungkinkan pengguna di Singapura untuk mengalami perbankan dengan cara yang sangat mulus, sangat mudah digunakan, dan mereka tidak perlu khawatir tentang biaya tersembunyi," tambahnya.
Dia tidak memberikan rincian rencana seperti tingkat bunga deposito.
Dengan lusinan pihak yang tertarik pada lisensi baru, Grab akan bersaing dengan startup fintech lainnya dan perusahaan yang sudah mapan, di mana model bisnis yang berkelanjutan dan proposisi nilai berada di antara kriteria seleksi.
"Saya pikir kita diyakini sebagai pelari terdepan dalam hal ini," ucap Lai
Didirikan pada 2012, Grab telah mendiversifikasi bisnisnya dari ride hailing ke pengiriman makanan ke layanan keuangan. Saat ini menawarkan layanan keuangan di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Menjadi ekonomi paling maju di kawasan ini, pasar perbankan Singapura terlihat sudah dipenuhi oleh para pemain yang ada. Namun, Lai menekankan masih ada "kantong-kantong kebutuhan yang tidak terpenuhi," mengutip usaha kecil dan menengah dan "pekerja gig ekonomi", seperti driver ojek online dan staf pengiriman makanan.
Lai mengatakan Grab akan mencari peluang perbankan di negara-negara Asia Tenggara lainnya yang berencana mengikuti Singapura untuk memungkinkan non-bank menjadi bank virtual.
"Tidak mengherankan bahwa ada minat pada regulator di seluruh wilayah ... Jika ada kesempatan, kami akan senang untuk berpartisipasi," katanya kepada Nikkei Asian Review, Senin (23/12/2019).
Otoritas Moneter Singapura dijadwalkan mengumumkan para pemegang lisensi pada pertengahan 2020. Terlepas dari hasil aplikasi lisensi perbankan, Grab akan meluncurkan layanan manajemen aset finansial yang akan memungkinkan pengguna dan pedagang mitra melakukan investasi kecil dengan menggunakan saldo pada akun Grab mereka. Ini akan diluncurkan pada paruh pertama tahun depan, dimulai di Singapura, menurut Lai.
Grab saat ini didukung oleh SoftBank, Toyota Motor, Uber Technologies, dan Microsoft sebagai pemegang saham utama. Ini membuat Grab menjadi startup bernilai US$14,3 miliar, menurut CB Insights.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: