Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjalanan Hidup Didi Kempot, The Godfather of Broken Heart Teman Galau Sobat Ambyar

        Perjalanan Hidup Didi Kempot, The Godfather of Broken Heart Teman Galau Sobat Ambyar Kredit Foto: Antara/Prasetia Fauzani
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dunia musik tanah air kembali berduka, The God Father of Broken Heart alias Didi Kempot dikabarkan meninggal hari ini, Selasa (5/5/2020) di RS Kasih Ibu. Didi Prasetyo atau lebih dikenal Didi Kempot dikabarkan meninggal dunia pada pukul 07.45 WIB.

        Nama Didi Kempot sudah melalangbuana di industri musik tanah air selama lebih dari 30 tahun. Pria berambut gondrong ini sampai memiliki beragam julukan. Mulai dari The Godfather of Broken Heart, Bapak Loro Ati Nasional sampai Lord Didi lantaran karya-karyanya yang bertema sakit hati.

        Baca Juga: Innalillahi, Didi Kempot Meninggal Dunia di Solo Pagi Ini

        Julukan The Godfather of Broken Heart tercetus saat Didi Kempot tampil di acara Bakdan Ing Balekambang di Taman Balekambang Solo, 9 Juni 2019. Kemudian, gelar tersebut disahkan dalam Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal Solo Sad Bois Club, di Rumah Blogger Indonesia, 15 Juni 2019.

        Adik dari pelawak Mamiek Prakoso ini sejatinya bukanlah seorang yang langsung sukses. Ia memulai karier dari nol hingga akhirnya sukses sebagai penyanyi bergenre campursari. Karir Didi Kempot pun bermula dari pengamen jalanan.

        Hingga lagu Stasiun Balapan muncul dan pria bernama asli Didi Prasetyo ini langsung naik daun. Akan tetapi, Didi tak lantas jadi sukses seperti.

        Saat menjadi pengamen, pria asal Surakarta ini mengamen dari trotoar ke trotoar. Bersama grupnya yang saat itu bernama Kelompok Pengamen Trotoar yang bila disingkat jadi Kempot. Itulah nama yang akhirnya melekat menjadi nama panggung Didi hingga akhir hayatnya.

        Bisa dibilang, lagu karya Didi Kempot memang jumlahnya ratusan dan sebagian besar memang jadi hits. Tapi sayangnya royalti yang ia dapat tak besar. 

        Didi Kempot sendiri mengaku bahwa sistem pemberian royalti di dunia musik Indonesia saat itu memang sangat kecil. 

        “Lagu saya tuh banyak, karya saya tuh banyak. Banyak yang sudah mendapatkan sesuatu dari lagu-lagu saya entah itu diputar di radio mana atau karaoke, untuk royalti kita sampai saat ini belum. Saya belum menikmati dari apa yang telah saya kerjakan,” keluhnya di tahun 2017, seperti dikutip Okezone.

        Kala itu ia sempat dicurangi meski peraturan sudah ada, tetapi tetap ada oknum yang melanggar. Namun karyanya tak akan pernah mati sampai di situ. Hal ini lantaran pria yang tak lulus SMA ini juga populer di luar negeri, khususnya di Suriname.

        Salah satu negara di benua Amerika ini memang dipenuhi diaspora Indonesia. Bahkan, Mendagri Suriname yang menjabat di tahun 2013 bernama Soewarto Mustadja, berdarah Kebumen, Jawa Tengah.

        Saat berkunjung ke Indonesia, Soewarto mengatakan bahwa Didi menjadi penyanyi yang paling tenar karena lagunya sering diputar di radio-radio lokal. 

        Tak hanya komunitas Jawa di sana yang suka lagu Didi, warga lokal juga suka karya Didi Kempot. Mereka sangat menyukai keroncong dan campur sari.

        Pada 1993, Didi Kempot pun tampil di Suriname, Amerika Selatan. Lagu "Cidro" yang dibawakan sukses meningkatkan pamornya sebagai musisi terkenal di Suriname.

        Setelah Suriname, Didi Kempot lanjut menginjakkan kakinya di Benua Eropa. Pada 1996, ia mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda.

        Kini Didi Kempot sudah tiada, namun karya-karyanya akan selalu terkenang sepanjang masa. Selamat jalan, The Godfather of Broken Heart.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: