Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung hadirnya generasi milenial di sektor pertanian. Sebab, generasi milenial diharapkan bisa memberikan inovasi untuk memajukan pertanian.
Seperti pengembangan jamu herbal racikan untuk meningkatkan nafsu makan hewan ternak. Usaha ini dikembangkan oleh alumni Polbangtan Bogor.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan masa depan pertanian akan cerah dengan hadirnya banyak petani milenial.
"Semakin banyak anak muda yang serius, semakin banyak anak muda yang terjun di sektor pertanian, merupakan suatu indikasi keberhasilan pembangunan pertanian. Karena di pundak mereka masa depan pertanian berada," tuturnya, Minggu (23/08/2020).
Baca Juga: Apakah Ini Tanda-Tanda Prabowo Turun Jadi Menteri Pertanian?
Baca Juga: Kolaborasi Kostratani & YESS Lahirkan Wirausahawan Muda Pertanian
Hal serupa disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.
"Ibadah sosial yang konkrit adalah transfer ilmu, sharing ilmu, sharing informasi, dan sharing pengalaman. Sehingga kita dapat meningkatkan produktivitas. Dan ingat, kita membutuhkan petani milenial untuk mendukung regenerasi. Jika tidak, dalam 5 sampai 10 tahun mendatang kita bisa kekurangan petani," katanya.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti juga menilai kehadiran petani milenial sangat penting.
"Kita perlu mendorong petani milenial untuk berkecimpung di dunia pertanian. Sehingga, upaya peningkatan kualitas, kontinuitas, dan daya saing dapat terwujud," tutur Idha.
Semangat ini juga yang membuat alumni Polbangtan Bogor, Karina Erlita dan Muhammad Adhitya Putra, terjun ke sektor petanian. Bahkan, mereka membagikan pengalaman dan informasi bersama Kostratani Tambaksari di Desa Kaso, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, khususnya petani/peternak. Karin dan Adhit berbagi informasi mengenai jamu herbal berbahan dasar temulawak, yang dapat meningkatkan nafsu makan hewan ternak sekaligus sebagai obat cacing herbal bagi hewan ternak serta menjaga kesehatan ternak.
Proses pembuatan jamu herbal temulawak dimulai dari mengupas bersih temulawak sebanyak 500 gram. Kemudian menumbuk temulawak hingga halus, merebus temulawak dan air sebanyak 2 liter selama 30 menit. Sesudah itu, menambahkan cairan gula merah sebanyak 250 gram dan garam 2 sendok makan.
Racikan ini diberikan pada hewan ternak dengan dosis 10 mililiter per 20 kg BB hewan ternak, pemberian dilakukan dengan cara diminumkan langsung (cekok). Waktu pemberian jamu, minggu pertama diberikan setiap hari, minggu ke-2, ke-3, dan ke4 sebanyak dua kali per minggu.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara praktik langsung dan pengamatan terhadap hewan ternak milik petani di Desa Kaso yang telah diberikan jamu herbal tersebut.
"Setelah dikasih jamu herbal, perkembangan domba baik, nafsu makan meningkat. Dan kebetulan sebelum diberikan jamu, ada domba saya yang sedang sakit, tetapi setelah dikasih jamu temulawak sekarang sudah sembuh, bahkan lebih agresif dan lahap saat makan. Sehingga penggunaan jamu ini menurut saya sangat bagus dan sudah dibuktikan terhadap hewan ternak saya," tutur salah seorang peternak.
Hal ini membuat Karin dan Adhit merasa bahagia karena dapat berbagi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, khususnya peternak. Karin dan Adhit pun berterima kasih kepada Kostratani Tambaksari yang turut membantu dan mendukung usaha mereka. (NRT/VTR/CHA)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti