Wasekjen DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik bertanya-tanya mengapa sampai diserang dan mendapatkan somasi dari Barisan Kader Gus Dur (Barikade Gus Dur). Hal itu dipancing cuitannya di media sosial Twitter yang menyebutkan jika makam Gus Dur dibangun oleh negara.
Cuitan itu lengkapnya begini: Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?
Dalam cuitan tersebut, Rachland memajang situs berita Kompas sebagai referensi. Beritanya, tahun 2010. Benar saja, di situs tersebut, Agung Laksono sat itu menjabat Menko Kesra menyebutkan, Pemerintah akan melengkapi kawasan makam Gus Dur dengan berbagai fasilitas, seperti tempat parkir, kamar mandi, merchandising, museum, perpustakaan, pagar, bahkan perluasan dan perlebaran jalan.
"Saya melampirkan sumber cuitan, yaitu berita dari Kompas, yang menjelaskan maksud dari cuitan tersebut. Saya sudah baca juga berita Kompas tersebut sebelum melepas cuitan," jelas Rachland.
Menukilkan sumber berita tersebut, dia mengatakan, negara atas dasar penghargaan terhadap Presiden Gus Dur, memikirkan agar makam Gus Dur mendapat fasilitas yang memudahkan warga yang berziarah. Perhatian tersebut diekspresikan dalam rapat kabinet yang menyepakati kawasan makam akan dibuat senyaman mungkin.
Dalam berita itu juga disebutkan, Menko Kesra Agung Laksono sempat memperkirakan anggaran akan mencapai Rp 180 miliar.
Untuk memastikan, Rachland mengaku sudah membaca ulang twit yang sudah dituliskan dan menyadari bahwa tanpa membaca berita Kompas itu, netizen bisa salah mengerti. Bahwa yang dibangun bukanlah makam itu, melainkan fasilitas publiknya. Meski tidak juga bisa dibantah bahwa fasilitas yang melengkapi makam itu dibangun negara sebagai wujud penghormatan pada Presiden Abdurrahman Wahid. "Saya memohon maaf," ucap Rachland.
Dia mengaku sebagai murid Gus Dur dalam ajaran kebhinekaan dan demokrasi. Juga sebagai anggota pengurus dari Forum Demokrasi yang dahulu dipimpin Gus Dur. Intinya, hubungan pribadinya dengan Gus Dur sangat dekat. Bahkan Gus Dur adalah salah satu dari beberapa senior yang menyumbang bagi biaya pernikahannya pada 1996, di samping Adnan Buyung Nasution, Rahman Tolleng dan Sjahrir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: