Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Pentagon Berharap-harap Temui Mohammed bin Salman untuk Bahas Ini

        Bos Pentagon Berharap-harap Temui Mohammed bin Salman untuk Bahas Ini Kredit Foto: Reuters/Saudi Royal Court/Bandar Algaloud
        Warta Ekonomi, Washington -

        Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin berharap dapat bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Pekan lalu, Austin melakukan perjalanan ke Teluk dan mengunjungi Qatar, Bahrain, serta Kuwait. Namun dia tak mengunjungi Riyadh.

        Menurut juru bicara Pentagon, John Kirby, Austin sebenarnya sudah dijadwalkan untuk turut mengunjungi Saudi pekan lalu. Namun, hal tersebut tak terealisasi.

        Baca Juga: Ketergantungan Pentagon Habiskan Uang US$14 Triliun Bikin Rugi Amerika dalam 9/11

        “Itu terjadi karena beberapa masalah penjadwalan yang kami pahami berada di pihak Saudi,” kata Kirby pada Senin (13/9/2021), dikutip laman Al Arabiya.

        Kendati gagal, Austin tetap menanti pertemuan dengan Pangeran MBS.

        “Dia (MBS) adalah menteri pertahanan untuk Saudi dan kami memiliki kemitraan pertahanan yang kuat dengan Arab Saudi. Kami sepenuhnya berharap akan mendapatkan kesempatan untuk menjadwal ulang ini. Ini ditunda, tidak dibatalkan selamanya,” ujar Kirby.

        Lawatan Austin ke Teluk Arab pekan lalu membawa misi khusus. Dia ingin menyampaikan terima kasih kepada para sekutu AS di sana. Hal itu terkait bantuan dan dukungan yang mereka berikan saat Washington melakukan misi evakuasi besar-besaran di bandara Kabul, Afghanistan.

        Misi evakuasi itu tak mudah. Bandara Kabul sempat dikoyak serangan bom pada 26 Agustus lalu. Lebih dari 170 orang tewas, 13 di antaranya adalah tentara AS. Kelompok ISIS-Khorasan (ISIS-K) mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut.

        AS telah menyelesaikan misi evakuasinya pada 30 Agustus lalu. Ia mengevakuasi setidaknya 120 ribu orang, termasuk warga Afghanistan yang rentan dan berisiko.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: