Ngeri! Ternyata Oh Ternyata… Sering Kentut Mengindikasikan Masalah Kesehatan, Ini Cara Mengatasinya

Kentut adalah sebuah keniscayaan yang akan dialami oleh manusia secara alami. Mengutip laman kesehatan Healthline, kentut adalah sesuatu yang dialami semua orang. Ini adalah pelepasan gas usus, yang terbentuk sebagai hasil dari mencerna makanan. Gas dapat ditemukan di seluruh saluran pencernaan, termasuk lambung, usus kecil, usus besar, dan rektum.

Baca Juga: Waduh… Diabetes Ternyata Punya Hubungan dengan Asam Urat, Kok Bisa?

Selama tidak merugikan orang lain, kentut adalah sesuatu yang wajar. Kentut yang berlebihan juga perlu Anda waspadai. Sama seperti halnya urine atau feses, ternyata kentut atau lebih tepatya frekuensi jumlah kentut bisa menunjukkan masalah kesehatan.

Melansir laman Express, kentut yang berlebihan mungkin merupakan indikasi dari kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti sindrom iritasi usus besar (IBS).

Gejala IBS termasuk kram perut yang menyakitkan setelah makan, kembung, diare mendadak, dan sembelit. Ada berbagai pemicu gejala IBS untuk berkembang, seperti alkohol, kafein, dan makanan pedas atau berlemak.

National Health Service (NHS) menyatakan bahwa rata-rata kentut terjadi lima sampai 15 kali sehari,

Bagi mereka yang terlalu sering kentut, satu teh herbal bisa membantu.

Baca Juga: Makan Camilan Malam Hari untuk Penderita Diabetes Boleh Kok, Tapi…

"Teh peppermint, chamomile, atau adas yang diminum setelah makan dapat meningkatkan pencernaan," kata para ahli di NHS Trust. "Dari jumlah tersebut, adas tampaknya paling bermanfaat."

Obat lain yang mungkin termasuk mengambil kapsul minyak peppermint sebelum makan, yang dapat membantu mengurangi kembung, namun Anda juga perlu waspada. Hal Ini karena jika Anda tidak cocok Anda bisa menderita refluks asam.

Selalu kunjungi tenaga kesehatan untuk kontrol kondisi kesehatan Anda. Hal ini agar langkah yang diambil terhitung tepat dan aman termasuk dalam rencana Anda mengatasi kentut berlebihan yang Anda alami.

Baca Juga: Nggak Nyangka! Tidur Siang yang Panjang Ternyata Punya Keterkaitan dengan Risiko Diabetes Tipe 2