Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Anak Magang Apple yang Kini Jadi CEO Perusahaan Lunak Bernilai Rp2.700 Triliun

        Kisah Anak Magang Apple yang Kini Jadi CEO Perusahaan Lunak Bernilai Rp2.700 Triliun Kredit Foto: INC
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bertahun-tahun sebelum menjadi salah satu pendiri Salesforce, Marc Benioff memulai karirnya seperti kebanyakan orang sebagai pekerja magang.

        Benioff pun magang di Apple sehingga menempatkannya dekat dengan ikon teknologi dan salah satu pendiri perusahaan, Steve Jobs. Dan "bos pertama" nya adalah Guy Kawasaki, seorang pengulik perangkat lunak awal di divisi Macintosh Apple. Kawasaki-lah yang membuat Benioff masuk ke Apple di usia 19 tahun.

        Melansir CNBC Make It di Jakarta, Rabu (23/2/22) dalam episode podcast Remarkable People baru-baru ini, Kawasaki mewawancarai mantan karyawan magangnya itu mengenai apa yang dia pelajari saat bekerja di Apple dan bagaimana pengalaman itu membantunya meluncurkan bisnisnya sendiri.

        Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Aloys Wobben, Miliarder yang Menciptakan Turbin Angin di Belakang Rumahnya

        Benioff yang masih remaja sudah menjadi pengusaha saat pertama kali berhubungan dengan Kawasaki. Dia mendirikan sebuah perusahaan kecil yang membuat game komputer, bernama Liberty Software, ketika baru berusia 15 tahun. Kemudian, ia menggunakan uang yang dia hasilkan dari game untuk membantu membayar uang sekolahnya di University of Southern California.

        Tetapi Benioff mengatakan impian utamanya saat itu adalah bekerja untuk Apple, jadi dia menelepon Kawasaki beberapa kali dengan pertanyaan untuk pelopor perangkat lunak. Benioff bertanya kepada Kawasaki tentang segala hal, mulai dari cara mendapatkan perangkat lunak Macintosh terbaru, hingga cara membuat perangkat lunak penulisan lebih mudah diakses oleh orang lain.

        Kawasaki pun terkesan dengan keberanian remaja itu dan bertanya apakah dia punya rencana musim panas.

        “Saya mengatakan kepadanya bahwa saya berencana menulis perangkat lunak untuk melanjutkan kuliah,'” tulis Benioff dalam artikel CNET 2014. “Saat itulah Guy mengubah hidup saya selamanya dengan bertanya, 'Mengapa Anda tidak menghabiskan musim panas 1984 di Apple?'”

        Setelah itu, Kawasaki mempekerjakan Benioff untuk menulis 70 program bahasa pengkodean. Selama di sana, Benioff mengatakan bahwa dia tidak hanya belajar lebih banyak tentang pemrograman komputer, tetapi dia juga mendapat ide tentang bagaimana menjalankan bisnis teknologi yang sukses.

        “Saya belajar saat berada di Apple, bahwa sebuah perusahaan teknologi yang hebat dipenuhi dengan energi, vitalitas, dan rasa urgensi yang luar biasa,” kata Benioff di podcast. "Dan pada saat yang sama, ada budaya yang hebat [di Apple]. Steve Jobs memiliki jus Odwalla untuk semua orang dan pemijat shiatsu naik dan turun di lorong, membuat programmer tetap lentur."

        Kini, Benioff menjalankan perusahaan bernilai USD192 miliar (Rp2.755 triliun) dan menghasilkan USD21,3 miliar (Rp305 triliun) pada pendapatan 2021. Namun budaya tetap menjadi kebanggaan Salesforce, katanya. Pada tahun 2021, perusahaan menempati peringkat kedua dalam daftar Fortune's 100 Best Companies to Work For.

        Kawasaki mengatakan di podcast bahwa dia selalu tahu Benioff akan sukses. Dia juga belajar dari waktu ke waktu betapa sang CEO Salesforce menghargai persahabatannya dan membantu orang-orang yang membantunya mencapai posisinya saat ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: