Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Giliran GP Ansor Jatim Bela Menag Yaqut, Ingatkan Semua Agar Tak Termakan Manipulasi

        Giliran GP Ansor Jatim Bela Menag Yaqut, Ingatkan Semua Agar Tak Termakan Manipulasi Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tentang aturan pengeras suara menjadi polemik. Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim pun merespons hal tersebut.

        Ketua PW GP Ansor Jatim HM Syafiq Syauqi mengingatkan kepada semua pihak untuk mewaspadai pola gerakan lama dan pelaku yang sama kembali membuat gaduh dengan melakukan framing di media.

        Baca Juga: Ucapan Menag Yaqut Jadi Polemik, Ketua PBNU Pasang Badan Berikan Pembelaan

        Menurutnya, framing media dengan teknik propaganda dan manipulasi informasi masih menjadi pilihan dalam membuat gaduh dan mengganggu stabilitas nasional.

        “Tantangan dalam era disrupsi informasi saat ini adalah pola-pola gerakan framing media yang menyesatkan publik. Itu yang sedang mereka lakukan dengan memotong secara kejam pernyataan Menteri Agama,” jelas Syafiq, Jumat (25/2).

        Gus Syafiq menyebut pihaknya secara detail mencermati pergerakan isu dan sentimen media sosial. Selain itu juga mengetahui siapa yang memainkannya dengan memotong sepenggal pernyataan utuh menteri agama.

        “Framing bukan kebohongan, tetapi mencoba membelokkan fakta secara halus,” katanya.

        Nah, angle (sudut pandang) yang berbeda dalam pemberitaan. Oleh karena itu, masyarakat harus cerdas memahami keutuhan tentang hal tersebut.

        "Mereka memotong dan mengambil diksi membenturkan antara azan dengan suara anjing,” ujarnya.

        Menurut kajian, kata Gus Syafiq, tak ada kata membandingkan atau mempersamakan antara azan atau suara yang keluar dari masjid dengan gonggongan anjing.

        Menteri Agama justru mempersilakan dan mengajak umat Islam menggunakan pengeras suara sebagai syiar dakwah dan berbagai keperluan masyarakat lain sesuai aturan kemaslahatan bersama.

        “Framing itu jelas teknik manipulasi informasi yang ditunjukkan memancing sisi emosional umat Islam dengan angle membenturkan sesuatu yang sakral dengan hal tabu,” lanjutnya.

        Gus Syaqif mengungkapkan pernyataan Menag Yaqut yang benar adalah memberikan banyak contoh tentang sumber kebisingan di tengah masyarakat.

        Baca Juga: Tanggapan Menko PMK Soal SE Menag Atur Volume Toa Masjid: Karena Itu Saya Minta Supaya...

        Dia mengambil benang merah bahwa suara apa pun itu harus diatur agar tak menjadi gangguan.

        Dia juga mengatakan Gus Dur pernah menulis tentang Islam Kaset dan kebisingan sosial pada 1982. Oleh karena itu, semua menjunjung tinggi kaidah “Dar’ul mafashid muqoddamun ala jalbil mashalih”.

        “Mencegah kemudaratan itu harus menjadi skala prioritas di atas mengambil kemaslahatan. Saya kira cukup gerakan framing itu dan sudahi,” tandas Gus Syafiq. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Adrial Akbar

        Bagikan Artikel: