Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga CPO Rontok, Apa Penyebabnya?

        Harga CPO Rontok, Apa Penyebabnya? Kredit Foto: PTPN VIII
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit periode 20-26 April di Provinsi Riau mengalami penurunan pada setiap kelompok umur kelapa sawit dengan jumlah penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 10-20 tahun sebesar Rp83,79/Kg atau mencapai 2,14 persen dari harga pekan lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu ke depan turun menjadi Rp3.830,68/Kg.

        Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulfadli mengatakan, penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan terjadinya penurunan harga kernel, meskipun harga CPO mengalami kenaikan.

        Baca Juga: Soroti Kasus Ekspor CPO, Rocky Gerung: Biar Tuntutan Mahasiswa Soal Minyak Goreng Dianggap Selesai!

        Sementara dari faktor eksternal, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada perdagangan Rabu (20/4/2022) mengalami penurunan. Mengacu pada data Refinitiv, harga CPO anjlok sebesar 9,24 persen. 

        "Analis Komoditas Reuters, menilai harga CPO hari ini akan menguji titik resistance di MYR6.548/ton. Jika menembus di atas titik resistance maka akan menunjukkan tren naik ke kisaran MYR6.664-6.686/ton," kata Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran, Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, Defris Hatmaja, dilansir dari laman resmi Pemerintah Provinsi Riau pada Kamis (21/4/2022). 

        Baca Juga: Kasus Ekspor CPO Terbuka, DPR Minta Mafia Minyak Goreng Dibabat Rata Tanpa Pandang Bulu!

        Penyebab tren ini di antaranya karena ketidakpastian atas pasokan minyak nabati global akibat konflik Rusia dan Ukraina. 

        "Krisis tenaga kerja di Malaysia berpotensi menghambat produksi CPO untuk bulan ini, ditambah dengan perang di Ukraina yang jauh dari kata damai akan menjadi sentimen negatif tambahan di pasar minyak nabati dunia," jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: