Ngaku Bukan Ustaz Tapi Sering Kutip Ayat, Ini Penjelasan Babe Haikal: Sebagai Motivator, Saya Yakin…

Nama Haikal Hassan atau akrab disapa dengan sebutan Babe Haikal dikenal sebagai penceramah yang kerap memberikan tausiah keagamaan.

Namun kini terkuak bahwa Haikal Hassan awalnya bukan seorang ustaz atau pemuka agama.

Ini terkuak saat dirinya wawancara dengan pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun yang juga dibagikan lewat kanal Youtubenya.

Awalnya Refly menanyanakan siapa sebenarnya sosok Haikal Hassan karena selama ini dirinya dikenal sebagai ustaz, namun terjun juga dalam gelanggang arena politik dengan mejadi tokoh kampanye di 2019 lalu. Haikal menjawab dengan menyinggung awal mula karirnya.

“20 tahun lalu mereka mengenal saya sebagai pembicara publik sebagai motivator dan sampai dengan detik ini saya tetap melayani teman-teman yang mengundang dalam hal pembicara publik saya sebagai motivator,” kata Haikal dikutip dari kanal Youtube Refly Harun, dikutip Selasa (24/5/22).

Baca Juga: Warga Muhammadiyah DKI Jakarta Indikasikan Dukungan ke Anies Baswedan, Refly Harun: Tidak Heran…

Dirinya menganggap penamaan ustaz atau politisi hanya penamanaan atau pelabelan masyarakat yang merupakan hak masing-masing.

Terkait “kesan” ustaz yang kerap melekat, Haikal juga menyinggung soal seringnya dia membawakan narasi keagamaan dalam profesinya sebagai motivator.

Menurutnya sebagai Motivator terlebih seroang muslim, dia yakin Al Quran dan hadis menyajikan solusi terbaik.

“Namun sebagai motivator sebagai pembicara publik, saya yakin sekali Al Quran dan Hadis menyajikan solusi terbaik karena itu dalam memberikan motovasi apabila di situ seluruhnya umat islam saya sisipkan ayat,” ungkapnya.

Baca Juga: Terkuak! Haikal Hassan Ngomong Sendiri ke Refly Harun Awalnya Dia Bukan Seorang Ustaz: Saya Ini…

Haikal pun menegaskan apabila terdapat satu saja non muslim sebagai peserta dalam kegiatannya maka dia tidak menggunakan ayat.

Atas seringnya dirinya memberikan motivasi dengan menyisipkan ayat Al Quran atau hadis itulah Haikal menduga masyarakat menganggapnya sebagai ustaz.

“Kemudian diundang dalam acara maulid, isra miraj, pengajian misalnya… nah karena itu saya menyesuaikan busana, nggak mungkin saya pakai topi pakai kaca mata seperti ini akhirnya saya menggunakan baju koko,” lanjutnya.