Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gimana Lagi, Mega Sama Surya Paloh Gak Klop, Sama SBY Retak dari Lama

        Gimana Lagi, Mega Sama Surya Paloh Gak Klop, Sama SBY Retak dari Lama Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PDIP memang bisa mengusung capres sendiri di 2024. Namun, kalau jalan sendiri, partai pemenang Pemilu 2019 berlogo kepala banteng ini bisa tumbang.

        Karena itu, PDIP disarankan tetap harus membangun koalisi kalau ingin hattrick menang pemilu juga menang pilpres.

        Saat ini, bisa dibilang PDIP sudah “ketinggalan kereta” dalam membangun koalisi. Ada dua koalisi yang sudah terbentuk. Pertama, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diisi Golkar, PAN, dan PPP. Kedua, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) antara Gerindra dan PKB.

        NasDem, Demokrat, dan PKS memang belum ikrar koalisi, tapi arahnya makin jelas. Nah, tinggal PDIP sendirian yang belum ambil sikap tegas.

        Menurut peneliti senior LSI Denny JA, Adrian Sopa, hampir mustahil PDIP gabung ke koalisi NasDem-Demokrat-PKS. Dengan NasDem, sulit karena hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Surya Paloh sedang tidak sejalan.

        Dengan Demokrat, sangat susah karena ada riwayat hubungan retak antara Mega dengan SBY. Sedangkan dengan PKS, juga sangat sulit karena perbedaan ideologinya sangat jauh.

        Dengan kondisi ini, andaipun berkoalisi, kemungkinan besar PDIP akan menggabungkan kekuatan dengan KIB atau dengan KIR. "Dalam bulan-bulan terakhir masa pendaftaran capres, di September 2023, sangat mungkin PDIP akhirnya mengajak Gerindra atau PKB, atau KIB, untuk menyatukan kekuatan," prediksi Adrian.

        Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyarankan, PDIP jangan terlalu sombong karena sudah memegang tiket untuk mengajukan capres. Sebab, pertarungan di 2024 diprediksi akan lebih sengit. Jika PDIP keukeuh jalan sendiri, bisa-bisa berakibat fatal.

        "Kalau hanya 20 persen, belum tentu menang. Apalagi kalau yang dicapreskan itu punya elektabilitas biasa-biasa saja," ucap Ujang, mengingatkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: