Laporan bertajuk Indonesia Property Market Report Q1 2023 yang dirilis oleh Rumah.com menunjukkan tren transaksi properti pada kuartal IV-2022 terbilang mengalami stagnansi.
Laporan menunjukkan kenaikan tipis sebesar 1 persen pada indeks harga secara kuartalan di pada kuartal IV-2022 dan kenaikan sangat tipis sebesar 0,3% secara kuartalan pada indeks suplai. Sementara indeks permintaan pasar secara nasional turun sebesar 40,4% secara kuartalan.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan pasar properti nasional stagnan pada kuartal IV-2022 yang ditengarai sebagai dampak musiman.
Baca Juga: Indeks Harga Properti Nasional Kuartal IV-2022 Naik Tipis, Rumah Tapak Masih Jadi Favorit
"Alasan yang memperkuat keyakinan bahwa stagnansi pada kuartal keempat merupakan tren musiman, yang pertama adalah indeks harga dan suplai properti masih tetap menunjukkan kenaikan secara tahunan. Kedua, tren pencarian properti untuk harga di atas Rp1 miliar juga terus meningkat. Ini artinya daya beli konsumen masih tetap terjaga," papar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (24/2/2023).
Sementara itu, tren penurunan suku bunga KPR yang mulai melambat seiring kenaikan tren suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) diperkirakan akan semakin terlihat dampaknya pada awal tahun 2023. Suku bunga acuan BI7DRR tercatat sebesar 5,25 persen per November 2022 atau naik sebesar 175 bps sejak empat bulan sebelumnya.
Sebaliknya, suku bunga KPR masih tetap terjaga pada 7,7% pada November 2022 di mana angka ini turun sebesar 20 bps dibandingkan empat bulan sebelumnya.
Marine menambahkan bahwa penurunan tren suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tersebut terlihat semakin melambat seiring naiknya suku bunga acuan dari Bank Indonesia.
"Naik atau turunnya suku bunga acuan BI7DRR tidak selalu langsung berdampak terhadap suku bunga pasar, dalam hal ini KPR dan KPA. Jika dilihat dari trennya, kenaikan suku bunga KPR dan KPA diperkirakan baru akan terjadi pada awal 2023," kata Marine.
Menurut Marine, pengembang bereaksi terhadap tren musiman tersebut dengan menahan kenaikan harga dan suplai properti, membuat indeks harga dan suplai properti hanya bergerak tipis secara kuartalan. Meski demikian, optimisme pengembang masih terlihat lewat pergerakan tahunan. Baik indeks harga maupun suplai menunjukkan kenaikan 6-7 persen per tahun.
"Sejumlah perkembangan positif yang datang di akhir 2022 dan awal 2023 menjadi angin segar bagi para pelaku usaha," ujar dia. "Turunnya nilai tukar rupiah dan inflasi, serta membaiknya konsumsi pasar rumah tangga membuat pelaku usaha, termasuk di industri properti, dapat memasuki tahun baru dengan semangat yang tinggi. Semoga tren positif ini terus berlanjut dan membuat pasar properti nasional semakin menggeliat setelah pandemi."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti