Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Efek Masifnya Penggunaan Teknologi AI, Microsoft Bongkar Peluang Ekonomi Baru di Indonesia

        Efek Masifnya Penggunaan Teknologi AI, Microsoft Bongkar Peluang Ekonomi Baru di Indonesia Kredit Foto: Microsoft
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Microsoft mengungkapkan perkembangan teknologi telah membuka gerbang baru dalam sektor ekonomi. Salah satu yang paling disoroti adalah munculnya sejumlah kesepatan baru yang berasal dari penggunaan teknologi dari Artificial Intellegence (AI).

        Laporan “Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia” mengungkapkan bahwa penggunaan teknologi tersebut telah membuka kapasitas produksi sebesar USD 243,5 miliar di seluruh perekonomian Indonesia. Angka ini setara dengan 18% PDB Indonesia di tahun 2022.

        Baca Juga: Resmikan Kantor Baru di Jakarta: PIK & Pondok Indah, serta Aplikasi Berteknologi AI: Brighton Real Estate Merambah Masa Depan Properti

        Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, mengatakan, hal tersebt telah membuktikan bagaimana adanya cara-cara baru yang muncul untuk mengoptimalisasi kerja melalui AI.

        “Generasi baru AI, yakni AI Generatif, membantu kita untuk berinteraksi dengan data dalam cara-cara baru. Mulai dari merangkum teks, mendeteksi anomali, hingga mengenali gambar. Antarmukanya yang berbentuk natural language memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan teknologi ini menggunakan bahasa sehari-hari, dan kemampuannya sebagai reasoning engine membantu kita mengidentifikasi pola serta menarik insights secara jauh lebih cepat. Kombinasi kedua kapabilitas tersebut memungkinkan setiap orang dan organisasi untuk memiliki copilot-nya sendiri; mencetuskan kreativitas, mengakselerasi penemuan, dan meningkatkan efisiensi. Ketika dimanfaatkan secara bertanggung jawab, seluruh hal ini akan berdampak positif pada perekonomian," ujarnya, dilansir pada Selasa (31/10).

        Dampak positif dari AI Generatif memang besar, dan berbagai organisasi lintas skala serta industri, atau bahkan individu di Indonesia, sudah mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kegiatan operasional bisnis dan kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk meningkatkan personalisasi dalam pelayanan pelanggan, meningkatkan edukasi mengenai jenis teknologi baru, atau mencari ide baru.

        “Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana AI dapat membantu orang untuk bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap pekerjaannya, bukan menggantikan orang tersebut. Sebab, bagaimanapun juga AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia,” lanjut Dharma.

        Beragam peluang baru pun masih dapat diraih dalam waktu mendatang. Guna merealisasikan peluang tersebut, laporan yang sama merincikan sedikitnya tiga aspek yang perlu menjadi perhatian, yaitu (1) Meningkatkan akses dan pemakaian, (2) Manajemen risiko, serta (3) Mendorong inovasi – semuanya dengan menyertakan elemen tanggung jawab sebagai fondasi utama.

        Meningkatkan Akses dan Pemakaian

        Baca Juga: Wamenkominfo Dorong Adopsi Teknologi AI untuk Bidang Kedokteran

        Meningkatkan akses dan pemakaian AI memerlukan infrastruktur yang memadai serta tenaga kerja terampil. Kapabilitas natural language dan reasoning engine AI Generatif pun mampu mendemokratisasi AI – mengurangi tantangan setiap individu dalam menggunakan teknologi ini. Pada pelaksanaannya, keterampilan-keterampilan baru tetap perlu dikuasai – seperti memberikan instruksi (prompt), melakukan evaluasi analitis, dan menyelesaikan masalah. Di saat bersamaan, regulasi AI yang mengatur pengembangan serta penggunaan AI secara bertanggung jawab juga memiliki peran penting untuk memaksimalkan manfaat atau dampak positif teknologi tersebut.

        “Dalam masyarakat demokratis, salah satu prinsip dasar kita adalah tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Itulah sebabnya, kami merasa tepat bagi regulator dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan pengawasan, serta mempertimbangkan undang-undang dan peraturan baru. Kami akan terus berupaya untuk terlibat secara aktif dengan membagikan pengalaman dan insights kami terkait praktik-praktik AI yang bertanggung jawab. Kami juga telah merilis whitepaper bertajuk Governing AI: A Blueprint for the Future, yang berupaya menjawab pertanyaan mengenai bagaimana kita perlu mengelola AI,” ujar Director of Government Affairs, Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi.

        Manajemen Risiko

        Baca Juga: Dorong Komputasi Ramah Lingkungan, Supermicro Garap Pasar Teknologi AI

        Upaya untuk membuka peluang dan memitigasi risiko tidak sebatas meningkatkan akses atau merancang regulasi yang komprehensif, namun juga memerlukan upaya yang terkoordinasi untuk membentuk formula AI yang bertanggung jawab, baik dari sisi pengembangan maupun penggunaan. Formula ini pun dapat dijadikan bagian dari strategi perusahaan atau prinsip penggunaan AI oleh individu.

        “Ketika kami di Microsoft mengadopsi enam prinsip etika AI pada tahun 2018, kami mencatat bahwa satu prinsip–akuntabilitas–adalah landasan bagi semua prinsip lainnya: keadilan, keandalan dan keselamatan, privasi dan keamanan, inklusivitas, serta transparansi. Hal ini merupakan kebutuhan mendasar untuk memastikan bahwa mesin tetap diawasi secara efektif oleh manusia, dan orang yang merancang serta mengoperasikan mesin tetap bertanggung jawab kepada semua orang lainnya. Singkatnya, kita harus selalu memastikan bahwa AI tetap berada di bawah kendali manusia. Hal ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan teknologi dan pemerintah,” lanjut Ajar.

        Guna membantu terciptanya keseluruhan ekosistem AI yang bertanggung jawab, Microsoft telah merilis Microsoft Responsible AI Standard versi 2 dan Microsoft Responsible AI Impact Assessment Report kepada publik; hasil dari pengalaman, pembelajaran, serta masukan yang Microsoft terima selama bertahun-tahun.

        Mendorong Inovasi

        Aspek terakhir adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara melindungi dan mendorong inovasi. Seiring dengan masih terus berprosesnya pengembangan kerangka kebijakan dan regulasi AI, terdapat pertanyaan serta kekhawatiran mengenai pemanfaatan teknologi AI Generatif dalam merealisasikan peluang-peluang baru. Untuk itu, diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta dalam menghidupkan lingkungan yang inovatif.

        Guna mendorong inovasi tersebut, Microsoft telah mengumumkan tiga AI Customer Commitments perusahaan, dengan Copilot Copyright Commitment sebagai salah satu perluasannya. Copilot Copyright Commitment memperkuat dukungan ganti rugi kekayaan intelektual bagi layanan Copilot komersial. Secara khusus, jika pihak ketiga menggugat pelanggan komersial atas pelanggaran hak cipta karena menggunakan Microsoft Copilot atau output yang dihasilkannya, Microsoft akan membela pelanggan tersebut dan membayar biaya kerugian atau biaya penyelesaian yang diakibatkan oleh tuntutan hukum, selama pelanggan bersangkutan menggunakan pagar pembatas dan filter konten yang Microsoft buat pada produk Microsoft.

        Baca Juga: Wapres Sebut Teknologi Transversal Jadi Penggerak Utama Pertumbuhan Global Masa Depan

        Pagar pembatas serta filter konten ini, misalnya, dapat ditemukan pada Azure AI Content Safety yang sudah tersedia secara umum sejak 17 Oktober 2023. Layanan baru ini membantu mendeteksi dan memfilter konten berbahaya buatan pengguna maupun buatan AI dalam aplikasi dan layanan pelanggan. Content Safety di sini mencakup deteksi teks dan gambar untuk menemukan konten yang menyinggung, berisiko, atau tidak diinginkan; seperti kata-kata kotor, konten dewasa, adegan berdarah, kekerasan, perkataan yang mendorong kebencian, dan banyak lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: