Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Microsoft Luncurkan Laporan 'Dampak Ekonomi AI Generatif', Apa Isinya?

        Microsoft Luncurkan Laporan 'Dampak Ekonomi AI Generatif', Apa Isinya? Kredit Foto: Microsoft
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Baru-baru ini, Microsoft bersama Access Partnership dan ELSAM mengeluarkan laporan berjudul “Dampak Ekonomi AI Generatif: Masa Depan Pekerjaan di Indonesia". Laporan ini mengungkapkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) Generatif untuk melengkapi aktivitas kerja dapat membantu membuka kapasitas produksi sebesar US$243,5 miliar (Rp3.864 triliun) di seluruh perekonomian Indonesia. Angka ini setara dengan 18% PDB Indonesia di tahun 2022.

        Dilansir dari keterangannya pada Selasa (31/10/2023), Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, mengatakan bahwa generasi baru AI seperti AI Generatif, membantu pengguna untuk berinteraksi dengan data dalam cara-cara baru, mulai dari merangkum teks, mendeteksi anomali, hingga mengenali gambar.

        Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jabar Diprediksi Akan Melebihi Nasional, Ini Kata BI

        Menurut Dharma, antarmuka AI Generatif berbentuk natural language, sehingga ini memungkinkan pengguna dapat berinteraksi menggunakan bahasa sehari-hari, dan kemampuannya sebagai reasoning engine membantu pengguna mengidentifikasi pola serta menarik insights secara jauh lebih cepat. 

        “Kombinasi kedua kapabilitas tersebut memungkinkan setiap orang dan organisasi untuk memiliki copilot-nya sendiri; mencetuskan kreativitas, mengakselerasi penemuan, dan meningkatkan efisiensi. Ketika dimanfaatkan secara bertanggung jawab, seluruh hal ini akan berdampak positif pada perekonomian,” jelas Dharma. 

        Alhasil, dampak aI generatif ini membuat berbagai organisasi lintas skala serta industri, atau bahkan individu di Indonesia, sudah mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kegiatan operasional bisnis dan kehidupan sehari-hari. Misalnya, meningkatkan personalisasi dalam pelayanan pelanggan, meningkatkan edukasi mengenai jenis teknologi baru, atau mencari ide.

        “Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana AI dapat membantu orang untuk bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap pekerjaannya, bukan menggantikan orang tersebut. Sebab, bagaimanapun juga AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia,” lanjut Dharma.

        Untuk itu, Microsoft merinci tiga aspek yang perlu menjadi perhatian untuk meraih beragam peluang baru dengan AI generatif, yakni pertama meningkatkan akses dan pemakaian, kedua manajemen risiko, serta ketiga mendorong inovasi. Semua ini tetap menyertakan elemen tanggung jawab sebagai fondasi utama.

        Pertama, meningkatkan akses dan pemakaian. Ini memerlukan infrastruktur memadai serta tenaga kerja terampil. Kapabilitas natural language dan reasoning engine AI Generatif pun mampu mendemokratisasi AI – mengurangi tantangan setiap individu dalam menggunakan teknologi ini. 

        Baca Juga: Efek Masifnya Penggunaan Teknologi AI, Microsoft Bongkar Peluang Ekonomi Baru di Indonesia

        Pada pelaksanaannya, keterampilan baru tetap perlu dikuasai, seperti memberikan instruksi (prompt), melakukan evaluasi analitis, dan menyelesaikan masalah. Di saat bersamaan, regulasi AI yang mengatur pengembangan serta penggunaan AI secara bertanggung jawab juga berperan penting untuk memaksimalkan manfaat atau dampak positif teknologi tersebut.

        Directorof Government Affairs, Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi mengatakan, adalah tepat regulator dan pembuat kebijakan untuk meningkatkan pengawasan, serta mempertimbangkan undang-undang atau peraturan baru, khususnya untuk AI. 

        “Kami akan terus berupaya untuk terlibat secara aktif dengan membagikan pengalaman dan insights kami terkait praktik-praktik AI yang bertanggung jawab. Kami juga telah merilis whitepaper bertajuk Governing AI: A Blueprint for the Future, yang berupaya menjawab pertanyaan mengenai bagaimana kita perlu mengelola AI,” ujar Ajar. 

        Baca Juga: PLN EPI Ambil Peran Strategis Kembangkan Energi Bersih Basis Ekonomi Kerakyatan

        Kedua, manajemen risiko. Upaya ini membuka peluang dan memitigasi risiko tidak sebatas meningkatkan akses atau merancang regulasi yang komprehensif, namun juga memerlukan upaya yang terkoordinasi untuk membentuk formula AI bertanggung jawab, baik dari sisi pengembangan maupun penggunaan. Formula ini dapat dijadikan bagian dari strategi perusahaan atau prinsip penggunaan AI oleh individu.

        Ajar pun mengakui, AI tetaplah perlu di bawah kendali manusia, selain diregulasi. 

        “… kita harus selalu memastikan bahwa AI tetap berada di bawah kendali manusia. Hal ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan teknologi dan pemerintah,” sambung Ajar.

        Untuk itu, Microsoft telah merilis Microsoft Responsible AI Standard versi 2 dan Microsoft Responsible AI Impact Assessment Report kepada publik; hasil dari pengalaman, pembelajaran, serta masukan yang Microsoft terima selama bertahun-tahun.

        Ketiga, melindungi dan mendorong inovasi. Seiring dengan masih terus berprosesnya pengembangan kerangka kebijakan dan regulasi AI, terdapat pertanyaan serta kekhawatiran mengenai pemanfaatan teknologi AI Generatif dalam merealisasikan peluang-peluang baru. Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam menghidupkan lingkungan yang inovatif.

        Microsoft telah mengumumkan tiga AI Customer Commitments perusahaan, dengan Copilot Copyright Commitment sebagai salah satu perluasannya. Copilot Copyright Commitment memperkuat dukungan ganti rugi kekayaan intelektual bagi layanan Copilot komersial. Secara khusus, jika pihak ketiga menggugat pelanggan komersial atas pelanggaran hak cipta karena menggunakan Microsoft Copilot atau output yang dihasilkannya, Microsoft akan membela pelanggan tersebut dan membayar biaya kerugian atau biaya penyelesaian yang diakibatkan oleh tuntutan hukum, selama pelanggan bersangkutan menggunakan pagar pembatas dan filter konten yang Microsoft buat pada produk Microsoft.

        Baca Juga: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi Daerah, Bank DKI Jalan Bareng OJK dan IPDN

        Pagar pembatas serta filter konten, misalnya, dapat ditemukan pada Azure AI Content Safety yang sudah tersedia secara umum sejak 17 Oktober 2023. Layanan ini mendeteksi dan memfilter konten berbahaya buatan pengguna maupun buatan AI dalam aplikasi dan layanan pelanggan. Content Safety mencakup deteksi teks dan gambar untuk menemukan konten yang menyinggung, berisiko, atau tidak diinginkan; seperti kata-kata kotor, konten dewasa, adegan berdarah, kekerasan, perkataan yang mendorong kebencian, dan lain-lain. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: