Cerita Chang Yung-Fa Membangun Evergreen Marine, dari Satu Kapal Tua hingga Sukses Menjadi 'Raksasa Lautan' Dunia
Kredit Foto: Evergreen Marine
Di balik kontainer-kontainer hijau yang kerap terlihat di jalanan dan pelabuhan dunia, tersimpan kisah luar biasa tentang perjuangan, visi, dan kegigihan seorang pria bernama Chang Yung-Fa. Evergreen Marine Corporation, yang kini menjadi salah satu perusahaan pelayaran peti kemas terbesar di dunia, dibangun bukan oleh konglomerat, melainkan oleh seorang mantan awak kapal yang tak pernah menyerah pada keterbatasan.
Chang Yung-Fa lahir di Keelung, kota pelabuhan di Taiwan Utara, pada tahun 1927. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, ayahnya seorang tukang kayu kapal yang kemudian meninggal di laut. Ketika remaja, Chang memilih langsung bekerja selepas SMA sebagai petugas pencatat muatan kapal di perusahaan pelayaran Jepang. Kariernya berkembang dari bawah hingga menjadi kepala kru kapal, berkat kerja keras dan keinginannya untuk terus belajar.
Meski tidak menempuh pendidikan tinggi formal, Chang rajin mengunjungi toko buku untuk memahami lebih dalam industri pelayaran. Setelah sempat gagal mendirikan dua perusahaan bersama rekan bisnis karena perbedaan visi, ia akhirnya memutuskan berdiri sendiri.
Pada 1 September 1968, bermodal satu kapal tua bernama Central Trust, Chang mendirikan Evergreen Marine Corporation dengan tekad untuk mengubah wajah industri pelayaran dunia.
Evergreen tidak butuh waktu lama untuk berkembang. Dalam empat tahun, armadanya bertambah menjadi 12 kapal. Perusahaan ini berekspansi ke Timur Tengah, Karibia, dan pada tahun 1975 mulai fokus pada pengiriman berbasis peti kemas, sebuah keputusan strategis yang mengubah arah bisnis.
Pada dekade 1980-an, Evergreen meluncurkan layanan pelayaran keliling dunia dua arah—timur dan barat—yang menjadikannya pemain global sejati. Perusahaan ini juga mendirikan Evergreen Group, sebuah grup usaha yang merambah ke sektor perhotelan dan teknologi aviasi.
Transformasi besar terjadi dengan menggabungkan anak-anak perusahaan seperti Uniglory Marine Corp., Evergreen UK Ltd., dan Italia Marittima S.p.A. menjadi "Evergreen Line" pada 2007 untuk memperkuat operasional pelayaran peti kemas global.
Evergreen tidak hanya besar, tetapi juga modern dan visioner. Perusahaan ini terus berinvestasi dalam kapal berbahan bakar ramah lingkungan seperti LNG dan metanol, sejalan dengan target emisi nol karbon dari International Maritime Organization pada 2050.
Total Evergreen saat ini memiliki 227 kapal dengan kapasitas 1,813 juta TEU, dan menduduki peringkat ke-7 dunia dalam industri pelayaran kontainer. Kapalnya melayani 240 pelabuhan di 80 negara, menjadikannya salah satu tulang punggung logistik global.
Strategi ekspansif Evergreen tercermin dari pesanan 54 kapal baru, termasuk 24 kapal berbahan bakar metanol dan 11 kapal berbahan bakar LNG, sebuah investasi senilai miliaran dolar AS.
Kinerja keuangan Evergreen pun mengesankan. Pada 2024, laba bersih perusahaan melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi TWD 139,45 miliar (sekitar USD 4,25 miliar), sementara pendapatan mencapai TWD 463,6 miliar (USD 14,1 miliar). Tren positif ini berlanjut di kuartal awal 2025, didorong oleh krisis Laut Merah dan lonjakan permintaan di rute trans-Pasifik.
Strategi seperti akuisisi armada yang sebelumnya disewa, serta fokus pada efisiensi bahan bakar, membuat Evergreen makin tangguh di tengah kompetisi global.
Chang Yung-Fa selalu percaya bahwa karyawan adalah aset terbesar perusahaan. Maka dari itu, Evergreen dikenal dengan budaya kerja yang disiplin dan penghargaan luar biasa kepada pegawai. Tak hanya gaji dan bonus yang tinggi, perusahaan ini bahkan menyediakan makan siang gratis, tempat tinggal nyaman bagi kru kapal, dan saham perusahaan untuk manajer.
Puncaknya, pada 2024, Evergreen menggemparkan dunia kerja dengan memberikan bonus akhir tahun setara 52 kali gaji bulanan, bahkan pegawai baru dengan gaji Rp20 juta bisa membawa pulang bonus hingga Rp1 miliar. Hal ini menjadi bukti bahwa di Evergreen, kesetiaan dan kinerja benar-benar dihargai.
Chang Yung-Fa dikenal sebagai sosok keras kepala, sederhana, dan sangat gigih. Ia tidak hanya membangun bisnis, tetapi juga filosofi perusahaan yang menjunjung tinggi kerja keras, efisiensi, dan tanggung jawab sosial. Di bawah kepemimpinannya, Evergreen tidak hanya menjadi simbol kekuatan ekonomi Taiwan, tetapi juga inspirasi bagi siapa saja yang ingin membangun sesuatu dari nol.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: