Kredit Foto: Uswah Hasanah
Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), mencatat nilai transaksi karbon telah mencapai Rp77,95 miliar, dengan volume perdagangan mencapai 1,6 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) sejak resmi diluncurkan pada 26 September 2023.
Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengatakan kinerja IDXCarbon menunjukkan tren yang positif meski usianya belum genap dua tahun.
“IDXCarbon telah mencatat volume sebesar 1,6 juta ton CO2 ekuivalen dari Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK),” ujarnya dalam acara peluncuran buku Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan, di Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Baca Juga: Pasar Karbon Tak Lesu, BEI: Transaksi Bersifat Musiman
Imam mengatakan, selain transaksi jumlah pengguna jasa di IDXCarbon juga melonjak tajam dari semula hanya 16 entitas kini menjadi 113.
Sementara itu, volume karbon yang sudah melewati masa berlaku pun meningkat pesat menjadi 980.475 ton CO₂e, naik drastis dibandingkan hanya 6.260 ton pada tahun 2023
Perdagangan karbon nasional kini juga memasuki tahap baru dengan terbukanya akses bagi pembeli internasional sejak Januari 2024. Sebagai langkah penguatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menjalin Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan Gold Standard, lembaga sertifikasi karbon internasional.
Baca Juga: Karbon Hutan dan Pertanian Bisa Dijual? BEI: Siap Akomodasi!
“Ini langkah strategis yang membuka peluang besar bagi Indonesia di level global,” ujar Iman.
Sektor jasa keuangan turut aktif dalam dinamika ini. Dari 15 pembeli awal di IDXCarbon, enam di antaranya berasal dari sektor keuangan.
Pada semester I/2025, volume perdagangan karbon melonjak 503,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari 114.486 ton menjadi 691.304 ton CO₂e. Nilai transaksinya juga meningkat pesat dari Rp5,88 miliar menjadi Rp27,31 miliar.
Baca Juga: Kawasan Hijau Kepri Diharapkan Jadi Model Ekonomi Rendah Karbon
Meski demikian, aktivitas perdagangan sempat mengalami penurunan tajam pada Juni 2025. Volume transaksi hanya mencapai 8 ton CO₂e senilai Rp490.800, jauh di bawah capaian Mei 2025 yang mencatat 564 ton CO₂e dengan nilai transaksi Rp33,66 juta. Tren perlambatan serupa juga terjadi pada Juni tahun lalu, yang mencerminkan sifat siklikal pasar karbon.
Kendati begitu, secara keseluruhan IDXCarbon dinilai memiliki potensi besar sebagai instrumen strategis dalam mendukung transisi energi serta pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: