OJK Optimistis Kredit Manufaktur Meningkat Meski PMI Kontraksi

OJK menilai kredit perbankan ke sektor manufaktur tetap memiliki prospek pertumbuhan di tengah penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Meski Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia masih berada di zona kontraksi, indikator pada Juli 2025 naik ke 49,2 dibanding bulan sebelumnya sebesar 46,9.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa dukungan dari kebijakan penurunan BI Rate dan kesepakatan tarif impor dengan AS menjadi faktor pendorong utama.

“Dengan tetap mempertahankan competitive advantage produk ekspor Indonesia dibandingkan negara lainnya, sektor manufaktur tetap memiliki potensi untuk terus tumbuh,” ujarnya dalam lembar jawaban tertulis, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: Pinjol Ilegal Masih Merajalela, OJK Hentikan 1.556 Entitas

Menurut Dian, sektor manufaktur diharapkan mampu memenuhi kebutuhan barang konsumsi dalam negeri, termasuk pangan, pakaian, elektronik, dan otomotif. 

Selain itu, peningkatan ekspor barang jadi ke berbagai negara akan memperkuat kontribusi sektor ini terhadap penciptaan lapangan kerja.

Baca Juga: OJK Sebut Sektor Keuangan Syariah Makin Tangguh di 2025

OJK mencatat, prospek kredit perbankan ke industri manufaktur tidak hanya bergantung pada faktor eksternal, tetapi juga pada ketahanan permintaan domestik.

Dengan membaiknya indikator makroekonomi, kredit ke sektor ini dinilai akan terus menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.