Kredit Foto: Reuters/Tyrone Siu
China diperkirakan akan mengadopsi kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar untuk menopang perlambatan ekonomi dari Beijing.
Penasihat Bank Sentral China (PBoC) dan Profesor Universitas Peking, Huang Yiping mengatakan bahwa sejumlah indikator ekonomi frekuensi tinggi, termasuk data ekspor, menunjukkan kinerja yang baik. Namun, ia menilai indikator yang mencerminkan sentimen, kepercayaan, dan ekspektasi masih lemah.
“Yang paling mungkin terjadi adalah kebijakan fiskal dan moneter akan menjadi lebih mendukung pertumbuhan,” ujar Huang, dilansir Minggu (26/10).
“Namun, kita tidak perlu mengharapkan ekspansi besar-besaran. Dukungan itu akan meningkat secara bertahap," tambahnya.
Huang juga menyarankan peningkatan leverage pemerintah pusat, yang saat ini relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.
“Kita bisa menyusun kebijakan makro yang lebih agresif dengan memanfaatkan leverage pemerintah pusat untuk memperbaiki neraca rumah tangga, perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah daerah,” kata Huang.
Sebelumnya, China merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi terlemah dalam satu tahun terakhir. Rasio utang pemerintah pusat tercatat 28,8% dari PDB.
Baca Juga: China Targetkan Tahun 2040 Harus Tercapai 80 Persen Mobil yang Beredar di Jalan Sudah EV
Adapun Partai Komunis China pekan ini menegaskan komitmennya untuk membangun sistem industri modern dan mempercepat kemandirian teknologi. Hal itu dianggap penting dalam memperkuat posisi negara di tengah persaingan strategis dengan Amerika Serikat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: