Riset Akamai: Bot AI Ancam Fondasi Model-Model Bisnis Berbasis Web
Kredit Foto: Akamai
Akamai Technologies, Inc., perusahaan keamanan siber dan komputasi awan yang mendukung dan melindungi bisnis secara online, hari ini (5/11) merilis laporan State of the Internet (SOTI) terbaru yang mengungkapkan lonjakan yang mengkhawatirkan dalam traffic terautomasi (automatic-traffic) yang sebagian besar didorong oleh bot bertenaga AI yang menargetkan situs-situs web di semua industri.
Berdasarkan the Digital Fraud and Abuse Report 2025, porsi bot AI kini terus meningkat secara signifikan dalam traffic ini, di mana aktivitasnya melonjak hingga 300% dalam setahun terakhir. Bot-bot ini menghasilkan miliaran permintaan, sehingga mengganggu operasional dan analisis digital secara signifikan. Saat ini, bot AI menyumbang hampir 1% dari total traffic bot di seluruh platform Akamai.
Lonjakan ini disebabkan oleh meluasnya aktivitas content scraping, yang menegaskan bahwa bot AI secara aktif melemahkan model-model bisnis konvensional berbasis web. Seiring dengan meningkatnya traffic bot, para penerbit dan perusahaan-perusahaan berbasis konten lainnya mengalami gangguan dalam analitik digital serta penurunan pendapatan iklan akibat bot yang mengambil nilai tanpa memberikan imbalan apa pun.
Selain scraping, laporan ini mengungkap bahwa pertumbuhan pesat alat berbasis AI telah mempermudah para profesional ancaman berpengalaman maupun aktor-aktor jahat baru untuk melancarkan serangan peniruan identitas, melakukan rekayasa sosial, menyebarkan kampanye phishing, dan melakukan penipuan identitas menggunakan dokumen dan gambar palsu yang dihasilkan oleh AI.
Temuan-temuan utama dalam laporan ini mencakup:
- Industri penerbitan menjadi sektor yang paling terdampak di ranah industri media digital, di mana 63% aktivitas bot AI terdeteksi di kategori ini.
- Bisnis online kini menghadapi tekanan dari dua sisi, yaitu bot yang membantu serta bot berbahaya. Meskipun beberapa bot mendukung fungsi seperti pengindeksan search engine dan aksesibilitas, bot-bot berbahaya--termasuk FraudGPT, WormGPT, ad fraud bot, dan return fraud bot atau penipuan pengembalian barang--meningkatkan biaya, menurunkan performa situs, dan mengacaukan metrik-metrik utama.
- Sektor perdagangan mencatat aktivitas bot AI tertinggi, dengan lebih dari 25 miliar permintaan bot dalam periode pengamatan selama dua bulan.
- Di sektor kesehatan, lebih dari 90% pemicu bot AI berasal dari aktivitas scraping, terutama oleh bot pencarian dan bot pelatihan.
Untuk melindungi diri dari ancaman-ancman ini, laporan tersebut mendorong berbagai organisasi agar mengembangkan kemampuan yang selaras dengan tiga kerangka kerja OWASP Top 10 untuk aplikasi web, API, dan large language models (LLM). Kerangka kerja ini membantu tim keamanan memetakan kerentanan yang diketahui--seperti kontrol akses yang lemah, celah injeksi, dan paparan data--terhadap tingkat toleransi risiko penipuan dari organisasi tersebut, sehingga memungkinkan penentuan prioritisasi pertahanan yang lebih cerdas.
Laporan ini juga mencakup:
- Analisis mendalam tentang cara bot menghindari deteksi
- Kolom tamu dari CISO FS-ISAC, organisasi nirlaba yang memajukan keamanan siber dan ketahanan sistem keuangan global
- Data serangan yang dibagi menurut wilayah dan industri
- Panduan tentang kategori bot scraper berbasis AI
- Panduan untuk menyeimbangkan kepatuhan regulasi dengan strategi keamanan AI
“Meningkatnya penggunaan bot AI tidak lagi hanya menjadi masalah keamanan — ini telah menjadi keharusan bisnis,” kata Rupesh Chokshi, Senior Vice President dan General Manager Bidang Application Security di Akamai. “Para pemimpin bisnis harus bertindak sekarang untuk membangun kerangka kerja yang memastikan adopsi AI yang aman, mengelola risiko yang terus berkembang, dan melindungi operasional digital.”
Kini memasuki tahun ke-11, laporan SOTI Akamai terus memberikan wawasan penting mengenai tren keamanan siber dan performa web, yang diperoleh dari infrastruktur Akamai yang menangani lebih dari sepertiga dari total trafik web global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: